Setiap tahun, triliunan rupiah dibutuhkan PT PLN (Persero) untuk membeli bahan bakar minyak guna menghidupkan pembangkit listrik tenaga diesel. Termasuk di Provinsi Kalimantan Barat yang mayoritas listriknya disuplai dari PLTD milik PLN atau swasta.
Kondisi itu membuat biaya pokok produksi listrik di Provinsi Kalbar mencapai kisaran Rp3.500 per kWH. Jauh diatas harga rata-rata penjualan ke konsumen, dibawah Rp1.000, per kWH.
Selisih tersebut yang kemudian harus ditanggung pemerintah melalui subsidi yang nilainya triliunan rupiah. Sementara harga bahan bakar minyak cenderung terus meningkat setiap tahun.
Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) menjadi sebuah opsi karena lebih cepat, mobile, dan efektif ditempatkan di daerah yang jauh. Namun kendalanya adalah dalam penyediaan bahan baku. Misalnya membawa high speed diesel (HSD) untuk PLTD di daerah terpencil dan sulit dijangkau.
Dampak lainnya, pasokan dan stok bahan bakar sangat diperhitungkan agar pelayanan tetap berjalan dengan baik.
Berdasarkan data PLN Wilayah Kalbar tahun 2012, daya yang mampu disediakan PLN sebesar 363 MW dan beban puncak 334 MW.
Wilayah Provinsi Kalbar sangat luas, 1,13 kali Pulau Jawa dan Madura. Jumlah desa berlistrik baru mencapai 1.002 desa dari 1.805 desa atau 55,71 persen dari jumlah desa yang ada di Provinsi Kalimantan Barat.
Sementara diperkirakan kebutuhan akan pemenuhan energi listrik terus meningkat rata-rata 10 persen pertahun. Pemerintah dan PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Barat mempunyai rencana dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik serta pemerataan pembangunan kelistrikan di Provinsi Kalimantan Barat.
Caranya adalah dengan meningkatkan rasio elektrifikasi (RE) sampai desa-desa terpencil (isolated) yang belum dapat dijangkau oleh jaringan listrik PLN.
Sesuai dengan sasaran (RE) yang akan dicapai dalam program Roadmap Listrik Perdesaan PT PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Barat Periode Tahun 2013 s/d 2017, yang mana pada tahun 2012 sebesar 63,56 persen menjadi 64,33 persen pada tahun 2013.
Kemudian, naik menjadi 66,06 persen pada tahun 2014; 68,65 persen pada tahun 2015, 72,12 persen pada tahun 2016 dan 74,71 persen pada tahun 2017 (Road Map Lisdes Wilayah Kalimantan Barat 2013 - 2017).
Prioritas program kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Barat adalah menurunkan Harga Pokok Produksi listrik yang masih sangat tinggi dengan bauran energi baru dan terbarukan.
Kurangi Konsumsi
General Manajer PLN Wilayah Kalbar, Hot Martua Bakara punya tekad untuk mulai mengurangi penggunaan bahan bakar minyak untuk mesin pembangkit seiring bakal beroperasinya sejumlah mesin pembangkit non BBM pada tahun depan.
"Sudah ada yang masuk dalam rencana operasional tahun depan," kata Hot Martua Bakara.
Bahkan, lanjut dia, ada yang sudah direncanakan tahun ini operasional dan masuk ke sistem kelistrikan PLN Wilayah Kalbar.
Misalnya PLTU Sungai Batu, Kabupaten Sanggau, berkapasitas 2 x 7 Mega Watt (MW).
Kemudian, Pembangkit Listrik Tenaga Gasifikasi Batubara (PLTGB) Tayan dengan kisaran besaran 6 MW.
Selain itu, proyek lain yang diharapkan dapat beroperasi tahun depan PLTU berkapasitas 2 x 27,5 MW di Tanjung Gundul, Bengkayang.
Proyek tersebut didanai anggaran PLN yang bersumber dari Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda). Sedangkan kontraktor pelaksana konsorsium dari Indo Fuji Energi, Advance Technology Indonesia, Persada Inti Energi, dan Guandong Machinery Imp&Exp Co Ltd.
Lalu, PLTU 2 x 50 MW di Parit Baru, Jungkat, Kabupaten Pontianak, juga rencananya operasional pada tahun 2014.
Ada dua perusahaan yang bertanggung jawab di proyek yang akan membantu pasokan energi listrik ke PLN Wilayah Kalbar itu, yakni PT Bumi Nusantara dan PT Jieneng Electric Power.
Di Sintang, juga tengah dibangun PLTU berkapasitas 3 x 7 MW. PLN diperkirakan akan menghemat hampir setengah triliun rupiah pertahun.
Asumsinya, biaya bahan bakar jenis HSD untuk PLN berkisar Rp10 ribu per liter. Sedangkan biaya pembelian batu bara selama setahun untuk kebutuhan PLTU 3 x 7 MW itu berkisar Rp54,399 miliar. Kebutuhan batu bara mencapai 181.332 ton per tahun.
Setiap hari kebutuhan BBM untuk PLN di Sintang berkisar 75 ton. Beban puncak sekitar 18,7 MW; dan daya mampu 19 MW. Berdasarkan asumsi tersebut maka PLN dapat berhemat Rp1,181 miliar per hari di Sintang. Sedangkan selama setahun, diperkirakan penghematan mencapai Rp431,25 miliar.
Biaya investasi pembangunan PLTU tersebut Rp357 miliar selaku pelaksana utama proyek PT Adhi Karya, dan mekanikal dari PT ZUG Industry. Dapat dibayangkan berapa penghematan yang dapat diperoleh PLN kalau semua proyek tersebut tepat waktu.
Potensi dari air
Selain berharap dari batu bara, PLN Wilayah Kalbar juga membidik potensi lokal. Salah satunya air. Untuk melistriki daerah perdesaan adalah dengan memanfaatkan potensi energi baru dan terbarukan yang ada di masing-masing desa yang letaknya terpencil.
Potensi sumber energi baru dan terbarukan di wilayah Provinsi Kalimantan Barat sesungguhnya masih sangat berlimpah namun sayangnya belum dikelola secara maksimal. Khususnya energi terbarukan menggunakan sumber energi air.
Sementara tantangan besar yang dihadapi dalam pengembangan energi baru dan terbarukan di Provinsi Kalimantan Barat adalah proses izin menggunakan kawasan hutan buat pengembangan program tersebut.
Beberapa waktu lalu, PLN menurunkan tim khusus untuk mempersiapkan kajian awal tentang energi baru dan terbarukan tersebut.
Berdasarkan hasil survei yang sudah dilakukan oleh Tim Energi Baru dan Terbarukan PLN Wilayah Kalimantan Barat, ada sejumlah air terjun yang mempunyai potensi untuk terus dikembangkan.
Di Kabupaten Sambas, tepatnya di Desa Simpang Tanjung, Kecamatan Sajingan, terdapat air Terjun Pencarik. Debit air mencapai 0,710 m3/det dengan ketinggian jatuh 55 meter. Daya yang dapat dihasilkan sekitar 280 kW. Jarak Jaringan TM terdekat sekitar 4 kilometer.
Di Kabupaten Landak, ada air terjun Menanggar di Desa Serimbu, Kecamatan Serimbu. Debit air 4,2 m3/detik dari tinggi jatuh 50 meter. Kapasitas daya diperkirakan 1,5 MW. Jarak dengan JTM terdekat 6 km.
Kemudian ada air terjun Engkangin di Desa Engkitip, Kecamatan Beduai, Kabupaten Sanggau yang mampu menghasilkan energi listrik sekitar 890 kW.
Di Kabupaten Sekadau, ada air terjun Sirin Meragun, tepatnya di Desa Meragun, Kecamatan Nanga Taman, Kabupaten Sekadau. Diperkirakan mampu menghasilkan energi listrik sebesar 121 kW.
Di kecamatan yang sama, juga terdapat air terjun Simbebas. Daya listrik yang dihasilkan, jauh lebih besar yakni sekitar 800 kW.
Potensi lain, terdapat di air terjun Sinar Pekayau, Desa Sinar Pekayau, Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang. Kapasitas daya yang dapat dihasilkan, sekitar 290 kW.
Menurut Staf Ahli GM PLN Wilayah Kalbar, Achmad Ismail, melihat berbagai potensi yang ada, sungguh Kalbar sangat kaya sumber energi baru dan terbarukan.
"Untuk mengetahui besarnya kapasitas maksimal yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air dari semua air terjun tentunya harus dilakukan studi kelayakan lebih lanjut," tutur dia.
Selain dari air, PLN juga membangun sejumlah PLTS di daerah terpencil. Misalnya di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas. Dan di Desa Siding, Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang. Keduanya berada di lini satu kawasan perbatasan Indonesia - Malaysia di wilayah Kalbar. Atau di Pulau Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya.