Sungai Raya (Antara Kalbar) - Konsultan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Hatta Siswa Mayahya mengatakan, polemik tikar bidai hasil kerajinan masyarakat Bengkayang yang dikatakan diklaim Malaysia perlu diluruskan karena kerajinan tersebut merupakan akulturasi budaya dari masyarakat Dayak di perbatasan.
"Kita tentu tidak bisa begitu saja mengatakan bahwa Malaysia telah mengklaim tikar bidai yang dibuat oleh masyarakat Bengkayang. Dalam hal ini, tikar bidai tersebut juga termasuk salah satu hasil cipta dari masyarakat Dayak yang notabene tinggal di daerah perbatasan," kata Hatta dihubungi dari Sungai Raya, Jumat.
Dia menjelaskan, tikar bidai merupakan hasil kerajinan tangan masyarakat Dayak di daerah perbatasan, dimana antara masyarakat Dayak di Bengkayang dengan yang ada di perbatasan Malaysia memiliki ikatan kekeluargaan yang cukup erat.
"Mereka boleh dipisahkan oleh batas negara, namun perlu diingat, mereka juga memiliki ikatan kekeluargaan sehingga hasil kerajinan tikar Bidai itu sebenarnya merupakan warisan leluhur yang diturunkan secara turun-temurun. Dan sudah kita tilik, bahwa kerajinan tikar Bidai ini juga dilakukan oleh masyarakat Dayak yang tinggal di Malaysia," tuturnya.
Hatta memaparkan, Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) itu ada dua jenis, yaitu komunal dan personal. Kaitannya dengan tikar bidai tersebut merupakan Hak Kekayaan Intelektual yang bersifat Komunal, sehingga tidak bisa dikatakan sembarangan bahwa antarpihak saling mengklaim.
"Ini perlu diluruskan agar tidak menimbulkan polemik yang berkepanjangan, apa lagi ini menyangkut antarnegara. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah memperkuat masyarakat perajin bidai agar bisa terus menghasilkan karya terbaik, yang tentu tidak kalah dengan hasil kerajinan bidai dari Malaysia," katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia berkomitmen untuk membantu pengembangan tikar bidai yang menjadi ciri khas dari kerajinan masyarakat Bengkayang.
Dia mengatakan, dalam pengembangan dan pembinaan UMKM, Bank Indonesia memiliki program khusus yang memang benar-benar fokus dalam hal itu. Diantaranya Inkubatot Bisnis yang bekerja sama dengan Lembaga Swabina Mitra dan pendampingan langsung kepada UKM dan Koperasi yang ada di daerah.
"Seperti yang kita lakukan di Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang ini, kita mencoba untuk melakukan pembinaan secara aktif kepada masyarakat perajin tikar Bidai. Kita mencoba membantu proses pemasaran, maupun pengenalan produk kepada pasar luas melalui berbagai pameran," kata tuturnya.
Hatta menjelaskan, selama ini masyarakat perajin Bidai menjual hasil karya mereka ke Malaysia karena permintaan pasar di sana memang sangat tinggi, selain kondisi geografis Seluas yang memang berdekatan dengan negara tetangga tersebut.
"Untuk bentuk pembinaan yang kita lakukan adalah dengan memberikan penguatan kepada pengrajin Bidai secara rutin agar mereka terus berinovasi dan mengembangkan kerajinan mereka," kata Hatta.
Konsultan UMKM: Tidak Ada Pengklaiman Tikar Bidai Bengkayang
Jumat, 27 Desember 2013 22:41 WIB