Jakarta (Antara Kalbar) - Deteksi dini kelainan genital pada anak laki-laki yang dilakukan orang tua dapat membantu identifikasi kelainan sebelum kelainan tersebut berdampak besar kepada anak.
Menurut ahli urologi RS Siloam ASRI Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K), mengabaikan kelainan genital pada anak tidak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga pada psikologis anak.
"Saat anak sudah menyadari alat kelaminnya, dan mulai bersosialisasi akan menimbulkan problem sosial," kata dia, dalam seminar media, di Jakarta, Kamis.
Dampak psikologis dapat terjadi karena bentuk dan ukuran yang tidak normal seperti pada kasus mikropenis, hipospadia, dan buried penis.
Dampak psikologis tersebut berkaitan erat dengan dampak kesehatan dalam hal ini problem berkemih. Kelainan genital akan menyebabkan posisi berkemih yang tidak biasa, untuk menghindari celana terkena air kemih.
"Saat di toilet misalnya, kok dia kencingnya di kamar mandi, mungkin dia akan jadi bahan bicaraan temannya," kata dokter Irfan.
Dampak kesehatan dalam waktu panjang akan menimbulkan masalah fertilitas atau kesuburan. Dampak pada gangguan fungsi reproduksi dan infertilitas biasanya terjadi pada kasus hipospadia. Bentuk penis dan lokasi lubang kencing yang tidak normal dapat mengganggu hubungan suami istri.
Untuk itu, dr. Arry Rodjani, SpU (K) Ahli Urologi RS Siloam ASRI, menyarankan operasi kelainan genital dapat dilakukan sebelum puber.
"Sebelum anak mengenal gender sebelum usia pra sekolah, untuk menghindari ejekan teman sebaya," ujar dia.
Khusus untuk kelainan buah zakar (testis) yang tidak turun atau disebut kriptorkismus, doker Arry mengatakan harus dioperasi sebelum usia 1 tahun.
"Kenapa sebelum 1 tahun, ini berkaitan dengan isu fertilitas, sel-sel penghasil sperma testis akan berubah setelah usia 18 bulan, sedangkan kemungkinan komplikasi dapat diperbaiki setelah 6 bulan, sehingga timing-nya tepat sebelum 1 tahun," kata dia.
Lebih lanjut, dokter Arry mengatakan jika dibiarkan, akan beresiko kanker.
"Pasien kriptorkismus mempunyai risiko keganasan 3 hingga 7 kali populasi normal," ujar dokter Irfan.
"Operasi penurunan testis sebelum puber dapat menurunkan resiko keganasan separuhnya," tambah dia.