Sawahlunto (Antara Kalbar) - Songket asal Sambas, Kalimantan Barat ikut dipamerkan dalam Pameran Songket Nusantara yang digelar Pemerintah Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, sebagai rangkaian kegiatan Sawahlunto International Songket Carnival (SISCA) 2015 pada 28-30 Agustus.
Pengusaha Songket asal Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Dayang (40) di Sawahlunto, Jumat, mengatakan dia sengaja datang untuk memperkenalkan potensi songket asal daerahnya, sekaligus ingin mendalami lebih jauh tentang Songket Silungkang yang menjadi ciri khas Kota Sawahlunto.
"Ada beberapa perbedaan mendasar antara songket kami dengan Songket Silungkang, salah satunya teknik tenun yang menggunakan angkat empat pada songket tersebut," kata dia.
Sementara, pada songket Sambas teknik yang digunakan adalah angkat dua, sehingga kain yang dihasilkan pun menjadi lebih lentur dan nyaman dipakai.
Menurutnya, teknik tenun angkat empat tersebut memang diketahuinya sebagai tenun tradisional yang berumur cukup tua, karena sejak dirinya menekuni bidang usaha tenun songket di daerahnya, teknik tersebut sudah tidak lazim lagi digunakan, karena tuntutan pasar yang lebih memilih kain lentur dan nyaman dipakai.
Dia mengatakan, mengenai motif yang digunakan para perajin secara umum memiliki kesamaan, tapi tetap ada motif yang menjadi ciri khas masing-masing daerah. Seperti pada songket Sambas, motif yang paling dikenal dan merupakan ciri khas daerah itu adalah motif burung Enggang.
"Sementara pada songket Silungkang untuk jenis yang sama, motif yang digunakan dikenal dengan nama 'Buruang Dalam Samak' dengan mengangkat jenis burung yang berbeda," kata dia.
Terkait perkembangan industri songket di daerahnya, dia mengatakan hingga saat ini cukup banyak para wanita yang sudah menekuni bidang usaha tersebut sebagai usaha sampingan, di samping pekerjaan pokok mereka sebagai buruh di perkebunan atau usaha pertanian lainnya.
Saat ini, lanjutnya, pihaknya sudah mampu menyerap sebanyak 40 orang petenun dengan kapasitas produksi per orang sebanyak dua helai kain per bulan. Kain-kain yang dihasilkan tersebut dibanderol dengan harga Rp3,5 juta per helainya, dengan omzet rata-rata per bulan mencapai Rp100 juta.
Songket tersebut dijual di showroom miliknya kepada pengunjung yang merupakan penduduk lokal daerah itu, serta beberapa negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
"Bagi yang berminat silakan kunjungi showroom kami di Jalan Karya Baru Kompleks Bali Agung I Blok A14 Kota Pontianak, atau bisa menghubungi nomor telepon 0812-5613-4717 atau 0812-5832-2452," kata dia.
Sebelumnya, tak kurang 40 kelompok perajin songket memamerkan hasil produksi mereka pada gelaran Sawahlunto International Songket Carnival (SISCA) 2015, pada 28-30 Agustus.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Pertambangan, Industri, Perdagangan, Koperasi dan Tenaga Kerja (Perindagkopnaker) setempat, Gustaf, di Sawahlunto, Jumat, mengatakan kelompok perajin tersebut sebagian besarnya adalah kelompok para perajin lokal kota itu, yang merupakan binaan beberapa lembaga perbankan nasional, seperti Bank Nagari, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Nasional Indonesia, serta beberapa utusan kelompok perajin songket dari daerah Lampung dan Kalimantan Barat.
"Kehadiran produk-produk mereka diharapkan mampu lebih mengenalkan tenun songket ke khalayak, sehingga memudahkan mereka dalam melakukan penetrasi pasar baik domestik dan internasional," kata dia.
(KR-JUN/N005)
Songket Sambas Dipamerkan di Sawahlunto
Sabtu, 29 Agustus 2015 19:16 WIB