Bekasi (Antara Kalbar) - Sejumlah kota besar di Indonesia menjadi incaran
paham radikalisme karena tingkat stres masyarakatnya yang tinggi, kata
Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Abuddin Nata.
"Gerakan radikal umumnya
muncul di kota-kota besar karena orangnya stres akibat aktivitas kerja,
kemacetan lalu lintas, dan faktor lainnya," katanya di Bekasi, Minggu.
Pernyataan itu disampaikan Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah dalam seminar pendidikan "Peran
Pendidikan Agama dalam Membentuk Karakter Anak" di Alexandria Islamic
School Bekasi, Jawa Barat.
Menurut dia, situasi masyarakat
kota besar relatif sangat mudah dipengaruhi paham radikalisme dengan
iming-iming peningkatan status dan ekonomi masyarakatnya.
"Problem politik dan ekonomi di kota besar lebih mudah dijual dalam
masyarakat seperti itu. Agama hanya dijadikan alat untuk melegitimasi
seolah kekeliruan itu dibenarkan oleh ajaran agama," ujarnya.
Adapun salah satu modus yang dilakukan oleh kaum radikal adalah dengan
mengambil alih Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di lingkungan masyarakat.
"Dakwah masih banyak yang menyampaikan kekerasan, seperti masjid dikuasai komunitas radikal," katanya.
Abuddin menilai aksi teror dari kalangan radikalisme sulit untuk dideteksi dini karena pergerakannya yang tertutup.
"Negara superpower saja masih kebobolan," katanya.
Meski demikian, dia mengapresiasi sikap Polri dan TNI yang dapat mengatasi kasus itu secara cepat dan profesional.
"Namun, saya anggap penanganan kasus itu sebuah keberhasilan kepolisian dan TNI serta aparat keamanan lainnya," katanya.
Pakar: Radikalisme Incar Masyarakat Stres
Minggu, 17 Januari 2016 18:11 WIB