Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Seksi Pendayagunaan dan Pelestarian, BPSPL Pontianak, Syarif Iwan Taruna Alkadrie mengatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah mencanangkan kawasan konservasi perairan sebanyak 20 juta hektare hingga tahun 2020.
"Kawasan konservasi di perairan Paloh, Sambas hendaknya juga menjadi salah satu bagian yang diharapkan jadi kawasan konservasi," ujarnya saat dihubungi di Sambas, Minggu.
Menurutnya, KKP melalui BPSPL Pontianak sudah mendorong pemerintah setempat mengusulkan pencadangan kawasan konservasi perairan Paloh. Termasuk menyusun zonasi dan membuat surat pencadangan kawasan konservasi perairan Paloh ke KKP.
"Hal itu dinilai penting menyusul ancaman penyu di sepanjang pesisir Paloh yang masih terus terjadi," kata dia.
Sementara itu Manajer WWF-Indonesia Program Kalbar, Albertus Tjiu, mengatakan hasil riset selama tujuh tahun terakhir menunjukkan adanya indikator peningkatan kesadaran masyarakat di pesisir Paloh.
"Tren kesadaran warga terhadap konservasi penyu cenderung meningkat. Kendati diakui ancaman tetap ada sampai sekarang," katanya.
Albert menjelaskan sejumlah ancaman bagi kehidupan penyu di Paloh di antaranya ancaman habitat dan pemanfaatan berlebihan.
"Ancaman terhadap habitat dapat berupa pengembangan daerah pesisir yang mungkin tidak sesuai dengan tata ruang wilayah. Perubahan iklim yang menyebabkan berkurangnya daya tetas telur dan abrasi pantai juga membuat penyu kehilangan habitat bertelur," katanya.
Namun, lanjut Albert, hal yang paling sederhana adalah ulah manusia yang dapat mengancam habitat penyu adalah sampah plastik. Pencemaran pantai dan laut, baik kimia maupun sampah plastik, menyebabkan penyu mati keracunan atau tercekik oleh plastik yang mirip dengan ubur-ubur sebagai salah satu pakannya.
"Contoh untuk pemanfaatan berlebihan adalah seperti perburuan telur penyu, daging penyu dan cangkang penyu untuk diperdagangkan, dikonsumsi dan diperjualbelikan secara berlebihan sehingga menghambat proses regenerasi dan peremajaan populasi," jelasnya.
Dikatakanya WWF sebagai salah satu lembaga yang bergerak di dunia konservasi spesies sudah hadir di Paloh sejak 2009 untuk program konservasi penyu.
"Kami mencoba melakukan upaya perlindungan penyu dengan mendorong pemberdayaan masyarakat pesisir Paloh dari aspek livelihood. Ini bertujuan meningkatkan komitmen masyarakat dalam konservasi penyu dan habitatnya. Dengan demikian, upaya ini dibarengi dengan peningkatan taraf hidup masyarakat di sekitar pantai peneluran penyu Paloh," paparnya.
Dijelaskannya Paloh adalah salah satu wilayah kerja WWF Indonesia, dan bekerja di dua desa yang menjadi area peneluran penyu sepanjang 19,3 km, yakni Desa Sebubus dan Temajuk.
Wilayah tersebut merupakan satu kesatuan dari pantai peneluran penyu Paloh dengan total panjang 63 kilometer. Lokasinya membentang dari Pantai Selimpai hingga Tanjung Dato'. Pesisir Paloh merupakan pantai peneluran penyu terpanjang di Indonesia.
"Berdasarkan data di lapangan, setidaknya ditemukan 2.000 sarang penyu bertelur dalam setahun," kata dia.
(KR-DDI/N005)
KKP Canangkan 20 Juta Hektare Konservasi Perairan
Minggu, 21 Agustus 2016 20:42 WIB