Jakarta (Antara Kalbar) - Ketua Dewan Pers Yosep Stanley Adi Prasetyo
menyatakan masih ada wartawan "amplop" yang justru mengganggu
profesionalisme wartawan sehingga kondisi tersebut harus dibenahi.
"Wartawan itu profesi bukan praktisi, terikat pada etik," kata
Stanley, panggilan akrabnya, saat menyampaikan sambutan pada Konvensi
Nasional Media Massa di Ambon, Maluku, Rabu.
Konvensi
Nasional Media Massa "Integritas Media Nasional dalam Lanskap Komunikasi
Global: Peluang dan Tantangan" diselenggarakan dalam rangkaian kegiatan
Hari Pers Nasional (HPN) ke-32 pada 5-9 Februari 2017.
Puncak Peringatan HPN pada 9 Februari 2017 dijadwalkan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
Langkah pembenahan yang dilakukan oleh Dewan Pers, katanya, adalah
melakukan uji kompetensi bagi setiap wartawan sebagai standar seseorang
berprofesi sebagai wartawan yang baik dan berintegritas.
Mantan Wakil Ketua Komnas HAM itu mengatakan setiap orang bisa menjadi
wartawan tetapi tidak setiap wartawan dapat memenuhi kompetensi yang
dipersyaratkan tersebut.
Ia mengatakan uji kompetensi terus
menerus dilakukan oleh 27 lembaga penguji kompetensi dari kalangan
perusahaan atau lembaga pers.
Stanley mengatakan wartawan
dan pers pada umumnya harus dapat menjaga integritas dan memegang teguh
etik yang menjadi pedoman dalam menjalankan profesinya.
Dengan penegakan etik dan moral yang dipegang secara kuat maka wartawan dapat mengatasi berbagai pelanggaran profesi.
Ketua Dewan Pers juga menyampaikan soal fenomena informasi bohong atau palsu (hoax) yang marak akhir-akhir ini.
Selain Indonesia, katanya, banyak negara menghadapi beragam
informasi "hoax", bahkan di Amerika Serikat terdapat penegakan hukum
yang kuat untuk mengatasi soal itu.
Masih Ada Wartawan "Amplop"
Rabu, 8 Februari 2017 11:04 WIB