Jakarta (Antara Kalbar) - Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK
Indonesia) menilai Gerakan Nasional Non Tunai hanya menguntungkan bisnis
perbankan tanpa mempertimbangkan hak-hak rakyat.
"Sosialisasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) berimbas pada
pemberlakuan Gardu Tol Otomatis (GTO) yang akan dipaksakan oleh BI dan
Jasa Marga pada Oktober 2017," ujar Presiden ASPEK Indonesia Mirah
Sumirat dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta,
Senin.
Mirah mengingatkan masyarakat bahwa ada potensi dana
mengendap triliunan rupiah dari GNNT dan GTO yang hanya akan
menguntungkan perusahaan perbankan.
Contoh saat masyarakat
yang akan masuk jalan tol dan diwajibkan untuk membayar dengan
menggunakan "e-toll". Saat pembelian kartu "e-toll", kerugian pertama
adalah dari potongan uang kartu sebesar Rp.10.000 - 20.000. Pengguna
jalan sudah "dipaksa setor" ke bank atas nama biaya kartu.
Kerugian kedua, adalah dana mengendap triliunan rupiah yang juga
"dipaksa setor" pengguna jalan yang tidak setiap hari menggunakan jalan
tol.
"Kerugian ketiga, potensi triliunan rupiah yang akan
digarap bank dari selisih saldo minimal dengan tarif tol terendah. Jika
tarif tol terendah adalah Rp.10.000 maka jika saldo tersisa anda di
bawah Rp.10.000 sudah dipastikan sisa saldo itu tidak akan pernah bisa
dimanfaatkan oleh pemilik kartu dan akan "diambil menjadi milik" bank,"
ujar dia.
Kerugian keempat, lanjut dia masyarakat dibebani
biaya setiap isi ulang saldo "e-toll" karena bank ingin "belanja" mesin
nontunai, yang dikemas atas nama biaya administrasi.
Mirah
juga mengingatkan masyarakat bahwa GNNT akan menyasar pada transaksi
kebutuhan dasar masyarakat yang lainnya, seperti pembelian bahan bakar
minyak (BBM) dimana PT Pertamina juga akan mewajibkan pembelian BBM
hanya dengan nontunai.
"Tidak saja pengemudi mobil namun
juga akan berdampak langsung pada pengendara motor yang jumlahnya
puluhan juta. Pengendara motor yang selama ini bisa membeli bensin
secukupnya dengan uang tunai Rp.10.000, harus juga "dipaksa setor" dan
mengendapkan dananya di bank untuk keuntungan pihak bank. Lantas dimana
keuntungannya buat masyarakat? Dimana perlindungan hak konsumen jika
konsumen tidak lagi bisa menggunakan uang tunai rupiah dan dipaksa
nontunai?," tanya Mirah Sumirat.
ASPEK Indonesia, lanjut dia
memberikan solusi yaitu setiap gardu tol harus tetap mempekerjakan
manusia dan harus bisa menerima pembayaran tunai dan non tunai.
"Biar masyarakat yang memilih, sehingga rupiah tetap menjadi alat
pembayaran yang sah, hak konsumen terlindungi dan PHK massal dapat
terhindari. Di situlah seharusnya Negara mengambil peran untuk menjamin
kehidupan yang layak bagi setiap warga negara Indonesia," ujar dia.
ASPEK: Gerakan Nasional Non Tunai untungkan Perbankan
Senin, 18 September 2017 13:04 WIB