Mempawah (ANTARA) - Analisis Staklim BMKG Mempawah menyebut kondisi iklim di wilayah Kalimantan Barat, berdasarkan pengamatan dari UPT BMKG wilayah Kalimantan Barat terpantau selama pentad VII (21 – 25 Februari 2019) curah hujan secara umum lebih tinggi dari normalnya.
"Akumulasi curah hujan berkisar antara 30 – 80 mm/pentad," kata Kepala Staklim BMKG Mempawah, Wandayantolis.
Sedangkan suhu udara, kata Wandayantolis sama dengan rata-ratanya. Dimana suhu udara tertinggi sebesar 34,9 derajat Celsius.
"Ini terpantau dari stasiunologi Nanga Pinoh. Dan arah angin dominan dari arah utara hingga timur," jelasnya. Lebih lanjut Wandayantolis mengatakan, kecepatan angin lebih besar dari rata-ratanya berkisar antara 2.0 - 3 km/jam. "Kecepatan angin terbesar 40 km/jam. Ini terpantau dari Stasiun Meteorologi Ketapang," kata dia.
Akumulasi curah hujan pada pentad terakhir di wilayah Kalimantan Barat, menurut Wandayantolid secara umum lebih tinggi dari normalnya. Dia menjelaskan, anomali suhu permukaan laut (SST) di sekitar Kalimantan Barat menunjukkan nilai 0,2 – 0,8 derajat Celsius. "Secara umum suhu permukaan laut sekitar Kalimantan Barat menunjukkan anomali positif. Kemudian distribusi hujan selama pentad terakhir secara umum wilayah Kalimantan Barat bagian daratan lebih tinggi dibanding wilayah pesisir," ujarnya.
Secara umum curah hujan di wilayah Kalimantan Barat pada pentad VIII yaitu periode 26 – 28 Februari 2019 diprakirakan berkisar antara 20 – 100 mm/pentad. Dengan anomali positif atau lebih tinggi dari normalnya. Distribusi temporal curah hujan di Kalimantan Barat, dikatakan Wandayantolis diprakirakan tinggi sepanjang lima hari kedepan, dimana diprakirakan curah hujan bagian daratan lebih tinggi dibanding wilayah pesisir. "Suhu udara di Kalimantan Barat pada pentad berikutnya 26-28 Februari 2019 diprakirakan sama dengan normalnya sepanjang lima hari kedepan," jelasnya.
Masyarakat diharapkan selalu waspada serta mengantisipasi dampak dari potensi hujan yang cukup tinggi di sepanjang pentad, seperti munculnya genangan terutama di wilayah dekat aliran sungai. "Masyarakat juga perlu mengikuti perkembangan iklim terkini guna perencanaan aktivitas dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana," imbau Wandayantolis.