Pontianak (ANTARA) - Prakirawan BMKG Supadio Pontianak, Sutikno mengatakan, pada tahun 2019 ini diperkirakan indeks terjadinya El Nino di Kalimantan Barat sangat rendah, meski pada bulan Juli sampai September mendatang diprediksi provinsi ini akan memasuki musim panas.
"Dari pantauan indeks El Nino untuk memantau kemarau apakah kuat atau tidak, saat ini sudah masuk fase normal dan tidak El Nino lagi. Kita berharap tidak seperti 2015, saat itu El Nino sangat kuat sekali," kata Sutikno di Pontianak, Kamis.
Dia menjelaskan, pada tahun 2018 lalu, indeks El Nino juga masuk dalam kategori normal dan pihaknya berharap tahun ini juga demikian, sehingga panas di Kalbar tidak akan berlangsung lama.
Baca juga: BPBD Kubu Raya bersiap antisipasi terjadi El Nino
"Untuk informasi, sekitar 20 hari ini, sebagian wilayah Kabupaten Ketapang tidak hujan dan cuaca panas terjadi disana. Dengan demikian, potensi pembakaran hutan dan lahan di kabupaten itu sangat berpotensi dan patut diwaspadai," tuturnya.
Hal ini berbeda untuk daerah lainnya seperti Kota Pontianak, Sanggau, Sekadau, Sambas dan beberapa daerah lainnya, hari tanpa hujannya cukup rendah. Namun, untuk beberapa hari ke depan, cuaca panas akan mulai terasa di daerah-daerah tersebut.
Dengan cuaca panas tersebut, sangat berpotensi sekali untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Kalbar. Namun, karena karakteristik cuaca di Kalbar, dalam satu bulan itu meski pun panas, tapi tetap akan ada hujannya.
Baca juga: Dua Kabupaten di Kalbar Terdampak El Nino
Dari pantauan BMKG Supadio Pontianak, setelah tanggal 12 Juli besok, curah hujan di Kalbar akan kembali berkurang. Di prediksikan pada bulan Juli sudah masuk musim kemarau dan puncaknya terjadi pada Agustus sampai September mendatang.
Namun, pada prakiraan curah hujan bulanan pada bulan Juli, Agustus dan September, secara umum curah hujannya cukup rendah dan akan sangat berpotensi sekali untuk terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Tapi bukan berarti tidak ada hujan sama sekali, ada hujan, tapi sangat sedikit.
Dia mencontohkan, pada bulan Agustus tahun 2018 lalu, ada sekitar 20 hari Kalbar tidak terjadi hujan dan saat itu, asap mulai terjadi. Namun, setelah 20 hari itu akan ada hujan sekitar 5 hari dan setelah itu akan panas lagi.
Baca juga: TPID Kalbar Bersiap Hadapi El Nino
Kita mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas pembakaran hutan dan lahan pada bulan Juli sampai September. Kalau sampai terjadi kebakaran hutan dan lahan, jelas akan merugikan kita sendiri.
"Sementara itu, ntuk potensi angin kencang, tetap akan terjadi pada bulan Juli ini, seperti besok, diperkirakan akan ada hujan dan angin kencang di pesisir Barat Kalbar seperti Kota Pontianak, Kubu Raya, Mempawah hingga Singkawang," kata Sutikno.