Pontianak (ANTARA) - Anjuran betangas atau tradisi mandi uap rempah yang biasanya dilakukan untuk menghilangkan bau badan pagi calon pengantin kini juga diterapkan warga Kabupaten Kayong Utara (KKU) sebagai ikhtiar menangkal COVID-19.
Bupati Citra Duani di KKU, Ahad, menyatakan tradisi di kalangan masyarakat Melayu serumpun sangat bagus untuk menghilangkan toksin dan racun di dalam tubuh dan diyakini membunuh kuman.
“Kita menganjurkan masyarakat untuk betangas. Kegiatan ini bagus untuk kesehatan karena dapat mengeluarkan racun dari dalam tubuh melalui keringat kita ,” ujar Citra Duani saat dihubungi.
Betangas adalah spa tradisional dengan menggunakan tikar pandan yang dibuat melengkung. Ada rempah-rempah pilihan yang disiapkan, terdiri dari akar serai wangi, pandan wangi, langir, akar buloh atau bambu, daun kunyit, daun lengkuas, daun ribu-ribu, daun gende ruse, akar restu dan akar ilalang.
"Bahan-bahan ini bisa dijumpai di daerah kita. Tetapi biasanya lain wilayah, lain pula penyebutan nama bahan tersebut. Sekalipun itu masih dalam satu kawasan provinsi," kata dia.
Untuk proses betangas, semua bahan itu direbus dalam wadah. Biasanya menggunakan periuk (wadah berbentuk bulat, pada zaman dahulu periuk digunakan untuk menanak nasi) sampai mendidih.
“Ini adalah warisan leluhur kita yang perlu dilestarikan,” katanya lagi.
Periuk yang memuat semua bahan harus ditutup rapat. Agar uap air tidak banyak yang keluar. Uap itulah yang nantinya berfungsi untuk mengeluarkan keringat.
Proses pelaksanaannya, orang yang akan betangas duduk di atas kursi kecil. Di hadapannya diletakkan periuk atau panci rebusan rempah-rempah tadi. Kemudian masuk di dalam tikar pandan yang sudah digulung. Bagian atasnya ditutup dengan beberapa lapis kain. Kain ini berperan penting agar hasil betangas menjadi lebih maksimal.
Ketika penutup rempah dibuka, uap dari dalam periuk pun keluar. Aroma wangi pun menyeruak hingga keluar melalui sela-sela tikar pandan. Kemudian rempah diaduk dengan sendok yang dibuat dari kayu secara perlahan sampai uap dalam periuk habis. Uap tersebut dipercaya baik untuk tubuh.
Itulah kenapa harus menggunakan kain berlapis-lapis untuk menutupi tikar yang digulung. Tujuannya agar uapnya lebih banyak menempel di badan dan keringat pun menjadi lebih wangi.
Selain membuat tubuh menjadi wangi. Tradisi ini juga berfungsi membuang racun di dalam tubuh. Masih dengan tujuan tersebut, pakaian yang kenakan selama bertangas sebaiknya satu baju dan satu celana saja.
Bupati Kayong Utara, Citra Duani melakukan betangas di rumahnya. Hal itu dilakukannya untuk memberikan contoh kepada masyarakat.
Betangas juga dilakukan oleh Wakil Bupati, Effendi Ahmad dan Kapolres Kayong Utara, AKBP Asep I Rosadi.
Sementara itu, Kapolres Kayong Utara mengaku baru pertama kali melakukan betangas. Dia merasa badannya menjadi segar, begitu juga udara yang keluar dari hidung segar.
Baca juga: Tangkal COVID-19 dengan aksi berjemur diri
Baca juga: Dunia harus belajar dari China tangkal corona
Baca juga: Dandim 1207/BS instruksikan jajarannya proaktif tangkal penyebaran COVID-19
Baca juga: Penjual jamu keliling promosikan "Jamu Jokowi" tangkal corona
“Rasa plong dan ini benar-benar membuat saya lebih segar. Terimakasih telah memperkenalkan betangas ini,” kata Kapolres.*