Pontianak (ANTARA) - Dusun Batu Layar, Desa Sendoyan, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dicanangkan sebagai kawasan industri lada yang ditandai peninjauan oleh Badan Nasional Pembangunan Perbatasan (BNPP) RI.
"Pemantapan pembangunan kawasan industri lada di Dusun Batu Layar langsung ditinjau oleh Perwakilan BNPP RI Camat Sejangkung dan Disperindag Sambas," ujar Kades Sendoyan, Juliansyah saat dihubungi di Sambas, Sabtu.
Ia menjelaskan bahwa pengembangan kawasan industri lada tersebut sejalan dengan instruksi Presiden terkait percepatan pembangunan ekonomi di kawasan perbatasan.
"Semoga berjalan sesuai dengan harapan dan berdampak dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Ia menambahkan bahwa Dusun Batu Layar merupakan satu di antara sentra penghasil lada di Kabupaten Sambas. Mayoritas penduduk menjadikan komoditas lada sebagai sumber pendapatan.
"Sejak lama daerah ini menjadi sentra lada. Jadi sangat cocok untuk menjadi kawasan industri lada," katanya.
Apalagi menurutnya, saat ini Dusun Batu Layar juga sudah memiliki produk turunan yakni lada bubuk baik hitam maupun putih.
"Kita telah melakukan hilirisasi produk dengan merek Lada Batu Layar. Produk kita sudah memiliki PIRT. Kita akan memproduksi massal dalam waktu dekat. Semoga dengan menjadi kawasan maka dari hulu dan hilir terkait lada semakin maksimal," kata dia.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat, terdapat sekitar 11 ribu hektare tanaman lada yang dikembangkan atau dibudidayakan oleh masyarakat. Di Kalimantan Barat, sejauh ini belum ada perusahaan atau pihak swasta yang bergerak dalam budidaya lada sehingga tanaman tersebut masih menjadi pengelolaan perkebunan rakyat.
Kabupaten Sambas yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia Timur, merupakan salah satu sentra lada di Provinsi Kalimantan Barat. Terdapat 1.500 hektare lahan yang digunakan masyarakat untuk tanaman lada.
Salah satunya di Dusun Batu Layar, Desa Sendoyan, Kecamatan Sejangkung, yang juga menjadi bagian sentra lada di Sambas. Hampir 100 persen masyarakat setempat mengembangkan budidaya lada dan menjadi sumber pendapatan utama, selain dari karet.
Dari sisi produksi, dalam satu kali panen, rata - rata satu kepala keluarga bisa menghasilkan 800 kilogram hingga lebih satu ton lada. Baik putih maupun hitam yang sudah dikeringkan.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, persoalan harga lada menjadi keluhan petani. Harga lada yang pernah tembus hingga Rp100.000 per kilogram,kini di tingkat petani tak sampai separuhnya, di kisaran Rp43.000 per kilogram. Sementara di sisi lain, biaya produksi terutama alat sarana produksi dan pupuk terus meningkat sehingga hal tersebut menjadi tantangan petani.
Dengan kondisi yang ada, sejumlah anak muda yang didukung penuh PKK dan Pemerintah Desa Sendoyan, menghadirkan produk turunan lada berupa lada bubuk. Hal itu dilakukan agar bisa meningkatkan nilai tambah petani. Lada bubuk yang diproduksi dengan merek Lada Batu Layar saat ini terus dikembangkan dengan terus memperbaiki kemasan dan memperluas pasar.
Baca juga: Produksi lada Bubuk Batu Layar cara petani Sendoyan tingkatkan nilai tambah
Baca juga: Cara Desa Sendoyan tingkatkan nilai jual lada
Baca juga: PLN salurkan ribuan bibit lada di Kalbar