“Sejak 5 sampai 10 tahun terakhir volume perdagangan kita dengan China terus mengalami peningkatan baik dari sisi ekspor maupun impor,” kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kementerian Perdagangan Kasan, dalam diskusi daring BPPP Kemendang di Jakarta, Kamis.
Kasan menyampaikan bahwa China adalah pangsa pasar ekspor terbesar Indonesia dengan persentase melebihi 20 persen dari total ekspor secara keseluruhan. China juga menjadi negara yang sering mengimpor kebutuhan bahan baku untuk industri yang ada di Indonesia. Bahkan pada tahun 2020 nilai transaksi ekspor dan impor Indonesia dengan China tercatat meningkat cukup besar yakni 71,4 miliar dolar AS.
“Meskipun tahun lalu kita masih tetap mengalami defisit, saya kira itu sudah tinggal setengahnya dari defisit yang terjadi 2019 sebelum adanya COVID-19,” ujarnya.
Catatan Kemendag, pada 2019 defisit dengan China hampir 17 miliar dolar AS dan defisit tahun 2020 menyusut menjadi 7,8 miliar dolar AS. Tak hanya itu, pada semester satu 2021, transaksi ekspor dan impor Indonesia dengan China mendekati 50 miliar dolar AS.
“Artinya ini sudah naik dibandingkan dengan 2020. Saya kira beberapa catatan lain adalah adanya investasi dari China ke Indonesia menjadi salah satu catatan penting dari adanya LCS,” jelasnya.
Adapun Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Donny Hutabarat mengumumkan telah resmi menandatangani kesepakatan dengan China untuk menggunakan mata uang lokal atau LCS dalam transaksi perdagangan maupun investasi.
Namun, LCS dengan China ini belum secara resmi diimplementasikan karena masih menunggu pemenuhan beberapa persyaratan oleh bank-bank ACCD yang ditunjuk. Transaksi LCS dengan China yang akan segera diimplementasikan, di antaranya adalah underlying berupa current account dan investasi langsung.