Jakarta (ANTARA) - Siapa yang tak suka bakso? Makanan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Tak cuma dijaja dalam gerobak, bakso juga dapat ditemui di warung kaki lima, kedai kecil sederhana sampai restoran.
Makanan ini enak disantap kapan saja, siang atau malam. Tiap daerah menyuguhkan bakso yang berbeda-beda. Kedai Bakso Cwan In yang baru di pusat Jakarta memadukan kelezatan bakso Medan dan Pontianak dalam menu-menunya.
Bakso Cwan In, nama yang dipilih dari harapan agar keuntungan selalu mengalir masuk (cwan dari cuan alias uang atau keuntungan dan in artinya masuk dalam bahasa Inggris), memang memadukan dua kelezatan rasa bakso khas Medan dan Pontianak dalam tiap mangkuknya.
Jenama ini didirikan oleh Erich Al Amin dan Ichsan Freugald. Erich adalah seorang penata gaya untuk sejumlah selebritas, sementara Ichsan sebelumnya bergelut di bidang kuliner, khususnya bakso. Sama-sama penyuka bakso, Erich kemudian mengajak kawannya yang lebih berpengalaman di dunia makanan untuk berbisnis. Butuh waktu setahun untuk mewujudkan ide bisnis mereka.
Ketika bisnis baru dimulai, mereka langsung disambut dengan pandemi COVID-19. Niat awal untuk memproduksi bakso beku yang bisa diracik sendiri di rumah berubah menjadi kedai yang baru beroperasi selama tiga bulan belakangan.
Ichsan menuturkan kepada ANTARA, Sabtu (12/3), ia ingin tamu-tamu merasakan sendiri racikan bakso, mie, kuah dan bumbu dengan kematangan yang pas sesuai standard Cwan In agar pencinta bakso bisa menikmati makanan khas Indonesia itu secara maksimal.
Bakso Cwan In berada di dalam gedung yang berisi jenama-jenama kuliner lain. Sepeda yang terhubung dengan gerobak biru muda di depan kedai langsung menarik perhatian. Begitu masuk ke dalam kedai, mata langsung tertuju pada dekorasi serba merah yang dihiasi poster-poster jadul ala China serta tulisan mencolok "You Are The Cwan". Kedai tersebut dapat menampung belasan orang, tapi sebagian besar tamu saat ini memesan secara daring, imbuh Ichsan.
Taburan daun ketumbar
Satu hal yang unik dari bakso di tempat ini adalah adanya taburan daun ketumbar yang punya rasa khas. Buat orang yang sudah biasa menyantap makanan Thailand seperti tomyam, atau Pho dari Vietnam, taburan ini menjadi nilai tambah. Malah daun seledri yang biasanya jadi tambahan dari bakso malah tidak ada di sini.
Jika Anda ingin mencicip rasa hidangan dengan daun ketumbar, bakso ini salah satu pilihannya. Tapi bila Anda betul-betul tak bisa menerima rasanya yang khas, cukup sisihkan saja atau minta sang peracik bakso untuk tidak memasukkan daun ketumbar. Erich menambahkan, dia termasuk orang yang memilih untuk tidak menaburkan daun ketumbar di mangkuk baksonya. Sebaliknya, mangkuk bakso untuk Ichsan wajib diberi taburan daun ketumbar.
"Saya yang suka daun ketumbar, kalau Erich enggak," mereka tertawa kecil.
Bakso dari daging sapi halal yang kenyal dan padat "tenggelam" dalam kuah kaldu yang gurih meski tanpa tambahan penyedap rasa. Kuah yang dibuat dari rebusan tulang itu punya rasa gurih yang pas. Tidak terlalu "clean and light", tapi juga tidak terlalu "medok". Sebagai pelengkap, kedai ini menambahkan potongan daging dan tetelan yang lembut.
Bakso dan kuahnya ini sudah enak dinikmati tanpa tambahan sambal. Namun tak perlu khawatir, para penyuka pedas bakal dimanjakan dengan sambal yang pedasnya cukup menggigit tapi meninggalkan jejak segar. Cocok betul memadukan keduanya, apalagi belakangan hujan sedang mengguyur Jakarta. Makanan berkuah yang panas, gurih serta pedas rasanya jadi santapan yang sesuai ketika rintik hujan tak kunjung reda. Anda bisa memilih bihun, kwetiaw atau mie kuning sebagai teman bakso. Mie kuningnya sedikit tebal dan padat. Sementara kwetiaw terasa sangat lembut.
Kurang kenyang jika hanya makan bakso? Ada menu bakmi can cwan, terdiri dari mie kuning yang sudah dicampur dengan bumbu, ditaburi dengan potongan ayam.
Mie tidak terlalu tebal, kematangannya pas, tidak terlalu keras atau lembek. Tak perlu repot mengaduk karena sebelumnya semua bumbu telah tercampur secara merata. Rasa gurih langsung memenuhi rongga mulut begitu mie disantap. Taburan daun bawang dan daun seledri menambah "ledakan" rasa di setiap kunyahan.
Menu-menu di Cwan In dijual dengan kisaran Rp30.000-Rp40.000. Untuk melengkapi pengalaman makan, tersedia menu minuman seperti teh tawar dan teh manis, juga teh jenis lain yang mungkin tak semua orang sering temui: teh bunga krisan, bahan yang kerap dijadikan untuk obat herbal, dan teh winter melon yang punya aroma dan rasa khas.
Ke depannya, Cwan In akan terus menambah menu-menu baru dan pugasan inovatif agar pelanggan tidak bosan, salah satunya mie yamin dan pangsit. Mereka berharap Cwan In bisa segera menambah gerai di tempat lain agar dapat menjangkau lebih banyak orang. Erich dan Ichsan juga punya harapan agar nantinya Cwan In bisa menjadi jenama yang membawahi berbagai produk kuliner lain di luar bakso.