Berdasarkan pantauan, seratusan kios terbakar dan barang-barang jualan pedagang hangus tak bersisa beserta dengan bangunan-bangunannya yang sebagian besar terbuat dari kayu. Tampak asap hitam membumbung tinggi dan api-api kecil masih terus menjalar ke kios pedagang lain.
Sejumlah pedagang di Pasar Cik Puan yang menjadi korban hanya dapat menangis melihat api melahap habis tempatnya mengais rezeki selama ini. Sebagian pedagang lain pun berusaha menyelamatkan barang-barang dagangannya, seperti perlengkapan toko, meja dan kursi, serta benda-benda lain yang dianggap berharga.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru Burhan Ginting menyebutkan pihaknya sempat terkendala memadamkan api lantaran masyarakat yang memadati jalanan karena menonton kejadian.
"Walau arus lalu lintas telah dialihkan aparat kepolisian, masih banyak masyarakat yang yang ingin lewat di depan lokasi. Kita berharap mereka bisa mengerti tugas kita di lapangan," tutur Burhan.
Adapun jumlah armada Damkar yang dikerahkan untuk melakukan pemadaman mencapai 10 unit. Sekitar satu jam setelah laporan, api mulai berhasil dijinakkan.
"Armada dari tiap pos kita turunkan mengantisipasi proses pemadaman sehingga air tak putus. Kini kami fokus melakukan pendinginan untuk memastikan tak ada lagi api-api kecil," pungkasnya.
Hingga saat ini, pihak berwenang masih mencari penyebab kebakaran yang menelan kerugian hingga miliaran rupiah tersebut. Kejadian tersebut juga tidak menimbulkan korban jiwa.
Pasar Cik Puan dulunya juga difungsikan sebagai terminal di Kota Pekanbaru.
Berdasarkan catatan ANTARA, Pasar Cik Puan sudah berkali-kali dilanda kebakaran yaitu pada tahun 2009, 2011, 2012, 2013 dan 2015.
Pada April 2009, meluluhlantakkan sekitar 400 kios dan mengakibatkan kerugian materi sekitar Rp10 miliar, sementara pada 6 Juli 2015 menghanguskan sekitar 200 kios.