Pontianak (ANTARA) - Kepengurusan Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat periode 2028-2023 mengembangkan budaya Melayu sebagai upaya memajukan mozaik kebudayaan nasional yang bermuara pada penguatan nasionalisme dan nilai-nilai kebangsaan.
"Negara yang plural ini nasionalisme seperti telur di ujung tanduk. Nasionalisme harus selalu dijaga dan dipelihara dengan rasa cinta agar tidak jatuh dan pecah berkeping-keping," ujar Ketua Umum MABM Kalbar Chairil Effendy di Pontianak, Sabtu.
Pada 2019, MABM Kalbar menginisiasi pembentukan Perkumpulan Merah Putih (PMP) yang di dalamnya tergabung 24 kelompok etnis.
Di dalam kelompok PMP, kata dia, selalu digaungkan nilai-nilai kebersamaan agar tercipta soliditas sosial.
Melalui PMP, MABM Kalbar menjalankan fungsi-fungsi politik, yakni berusaha mengeliminasi narasi-narasi kekerasan yang dapat menyebabkan keterbelahan sosial.
"Terlebih lagi, tahun depan bangsa dan negara kita akan menyelenggarakan pemilu serentak. Pelaksanaan Pilpres 2024 suka atau tidak suka masih memperlihatkan residu konflik Pemilu 2019," ujar dia.
Ia mengemukakan pentingnya pencermatan terhadap kondisi bangsa terkait dengan Pemilu 2024.
"Kondisi tersebut harus kita cermati dan tangani hati-hati agar tidak berkembang menjadi konflik yang memecah belah anak bangsa," kata dia.
MABM Kalbar melakukan Musyawarah Besar (Bubes) VI di Pontianak, 2-4 Juni 2023, untuk menyusun program terbaru sekaligus menentukan ketua umum untuk lima tahun ke depan.
Gubernur Kalbar Sutarmidji mengapresiasi kepengurusan MABM lima tahun terakhir yang menginisiasi etnis-etnis di Kalbar dalam wadah PMP.
"Kalbar ini semua etnis ada dengan akar budaya yang sangat melekat, etnis besar di Kalbar memiliki karakter yang berbeda-beda. Lahirnya PMP itu bagus, pendewasaan dalam interaksi," kata dia.
Baca juga: Figur Prof Chairil Effendy diharapkan kembali pimpin MABM Kalbar
Baca juga: Sutarmidji minta MABM gali dan kenalkan budaya Melayu ke milenial