Kapuas Hulu (ANTARA) - Bupati Kapuas Hulu, Kalimantan Barat Fransiskus Diaan mengatakan Kapuas Hulu tidak hanya memiliki panorama alam yang indah, namun juga memiliki adat dan seni budaya yang bisa menjadi daya tarik destinasi wisata.
"Adat dan seni budaya kita ini masih terjaga dan harus terus dilestarikan, karena memang unik dan bisa menjadi daya tarik wisata," kata Fransiskus Diaan saat membuka Pekan Gawai Dayak Kapuas Hulu, di GOR Uncak Kapuas, Putussibau, Kapuas Hulu, Selasa.
Disampaikan Fransiskus, melalui Pekan Gawai Dayak Kabupaten Kapuas Hulu sebagai ajang pelestarian adat dan budaya peninggalan leluhur suku Dayak.
Oleh karena itu, generasi muda harus terus mempertahankan serta mengembangkan adat dan budaya, karena merupakan modal dan kekayaan sebagai anak bangsa.
Dia optimistis, jika adat seni budaya itu terus dilestarikan dan dikembangkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat adat, sebab memiliki nilai jual di dunia wisata.
Apalagi Kabupaten Kapuas Hulu memiliki keberagaman adat dan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya.
Menurutnya, Suku Dayak di Kapuas Hulu memiliki 22 sub suku, beberapa di antaranya yaitu, Dayak Kaya'an, Iban, Taman Kapuas, Tamambalo, Kantuk, Punan, dan Bukat.
Disebutkan Fransiskus, beberapa keunikan Kapuas Hulu dimana masyarakat Dayak sampai saat ini masih ada yang tinggal di Rumah Betang yang merupakan rumah panjang khas Suku Dayak.
"Daerah lain belum tentu seperti kita di Kapuas Hulu, kita memiliki keunikan dan kearifan lokal yang sangat terjaga," kata dia.
Dijelaskan dia, Gawai Dayak merupakan suatu ucapan syukur masyarakat Dayak atas hasil panen selama setahun. Dalam Gawai Dayak itu, masyarakat adat menggelar berbagai ritual dan budaya yang dilakukan secara turun temurun.
Namun, sebagai upaya pelestarian adat dan budaya, pada pelaksanaan Pekan Gawai Dayak ada beberapa seni budaya diperlombakan seperti tarian, menyumpit dan ada pemilihan bujang dan dara gawai.
"Selain melestarikan seni budaya juga untuk mengenalkan kepada generasi muda serta untuk memeriahkan Pekan Gawai Dayak," katanya.
Bupati Fransiskus menambahkan, selain Suku Dayak, di Kapuas Hulu juga hidup berdampingan berbagai suku seperti Jawa, Melayu, Tionghoa, Padang, Batak, NTT dan berbagai suku lainnya.
Keberagaman suku dan agama di Kapuas Hulu, kata dia selama ini selalu hidup harmonis dengan penuh rasa kekeluargaan.
"Banyak budaya dari berbagai suku yang ada di Kapuas Hulu, itu modal kita bersama menjadikan Kapuas Hulu unik dan menarik perhatian para wisatawan," ucap Fransiskus.
Dia juga menyampaikan bahwa Kapuas Hulu menjadi sorotan dunia, karena memang merupakan kabupaten konservasi, memiliki cagar biosfer dan menjadi paru-paru dunia.
Salah satu yang patut dicontoh, katanya, yaitu daerah Sungai Utik di Kecamatan Embaloh Hulu, yang konsisten menjaga adat istiadat dan hutan adat sehingga mendapatkan hadiah atau bantuan dari luar negeri.
"Itu patut menjadi contoh, generasi muda harus terus mempertahankan, melestarikan dan mengembangkan adat budaya serta kearifan lokal dengan tetap memelihara keharmonisan persatuan dan kesatuan dalam bingkai kebhinnekaan," kata Fransiskus.
Baca juga: Wahyudi Hidayat ajak masyarakat lestarikan adat dan budaya hadapi modernisasi
Baca juga: Kapuas Hulu juara II lomba menumbuk padi dan pangka gasing di PGD Kalbar