Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan eksplorasi di laut dalam menjadi salah satu fokus penemuan cadangan minyak dan gas bumi ke depan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan kegiatan itu sejalan dengan upaya mendongkrak eksplorasi untuk mendukung ketersediaan cadangan pada 2030.
"Potensi hulu migas nasional saat ini banyak terdapat di laut dalam," ujarnya dalam penyataan di Jakarta, Jumat.
Dwi menuturkan Indonesia masih menjadi wilayah yang menarik untuk dilakukan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi, bahkan pada area frontier dan tinggi risiko.
Ketertarikan untuk melakukan kegiatan eksplorasi di laut dalam dilakukan oleh Major International Oil & Gas Company (IOC) yang menegaskan bahwa potensi hulu migas di Indonesia masih menarik bagi investor.
Sejak 2022, SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Harbour Energy telah mulai melakukan pengeboran laut dalam sekaligus play opener di area Andaman melalui pengeboran Sumur Timpan-1 yang membuahkan penemuan gas signifikan di perairan tersebut.
Pada 21 Juli 2023, Eni North Ganal Ltd melakukan tajak sumur Geng North-1 di kedalaman air lebih kurang 1.950 meter di lepas pantai Cekungan Kutai.
Sumur itu memiliki nilai yang strategis karena hingga saat ini tercatat sebagai sumur dengan target reservoir terdalam jika dibanding sumur-sumur Eni sebelumnya di Cekungan Kutai serta menggunakan drill ship dengan harga mencapai Rp4-5 milyar per hari.
Dwi menegaskan seri pengeboran laut dalam di Indonesia masih terus berlanjut dengan pengeboran sejumlah sumur lainnya.
Tahun ini, Harbour Energy melakukan pengeboran dua sumur eksplorasi sebagai kelanjutan dari penemuan gas di struktur Timpan pada tahun lalu.
Di area yang sama, Mubadala juga berencana melakukan pengeboran satu sumur eksplorasi untuk membuktikan potensi hidrokarbon di wilayah kerja mereka di Laut Andaman.
Rangkaian pengeboran laut dalam itu dilakukan pada wilayah kerja yang masih tahap eksplorasi sehingga biaya yang dikeluarkan masih belum tentu kembali didapatkan oleh investor.
Pencarian migas dengan potensi signifikan tidak hanya dilakukan pada area laut dalam saja. BP selaku operator di Tangguh juga menunjukkan komitmen investasi eksplorasinya dengan melakukan tajak sumur eksplorasi di struktur Kepe Kepe, lalu dilanjutkan dengan pengeboran sumur WOS.
Selain pengeboran, BP juga terus melakukan pencarian sumberdaya baru dengan melakukan akuisisi seismik tiga dimensi dengan teknologi yang memerlukan biaya mencapai sekitar Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun.
Investasi itu diharapkan memberikan hasil berupa target target eksplorasi baru sehingga dapat dilanjutkan dengan kegiatan pengeboran sumur eksplorasi.
Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan kehadiran perusahaan-perusahaan migas utama dunia memberi gambaran bahwa Indonesia masih memiliki potensi eksplorasi yang menjanjikan.
Menurutnya, industri hulu migas memerlukan perbaikan di bidang fiskal dan regulasi perijinan untuk mengembalikan industri migas kembali ke puncak, sehingga meningkatkan kemudahan berinvestasi di Indonesia.
"Secara global, persaingan untuk memperoleh investasi terus meningkat perlu dilakukan perbaikan fiskal yang radikal untuk tetap menarik di pasar global karena setiap negara terus memperkenalkan term and condition (T&C) fiskal yang lebih menarik," pungkas Benny.