Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Pontianak, Kalimantan Barat melakukan pengecekan dan pemantauan kepada dua orang warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang mengidap Tuberkulosis (TB).
"Tim medis Rutan telah memantau WBP yang mengidap TB dan menjalani pengobatan," ujar Kepala Rutan Pontianak, Raja Muhammad Ismael Novadiansyah di Pontianak, Kamis.
Raja mengatakan jika dua orang WBP tersebut kini sudah memasuki fase lanjutan dan sudah mendapatkan terapi obat anti tuberkulosis (OAT) dan ditempatkan pada blok isolasi.
Ia mengatakan setiap WBP yang ada keluhan batuk berdahak lebih dari dua minggu langsung dilakukan pemeriksaan sputum atau dahak, dan jika positif TBC langsung ditangani oleh tim medis rutan dan pihaknya juga bekerjasama dengan Dinkes Kota Pontianak untuk penyediaan obat TB.
Ditambahkan Raja, selain melakukan pengecekan pada WBP yang mengidap TB, pihaknya juga memberikan pelayanan kesehatan maksimal bagi para tahanan dan WBP Rutan Kelas IIA Pontianak dengan kegiatan dokter keliling.
Ia mengatakan jika kegiatan ini dipimpin oleh Dokter Klinik Rutan Pontianak, didampingi oleh perawat, tenaga administrasi klinik, dan Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan Kelas IIA Pontianak. Dan dokter keliling ini menyasar seluruh blok hunian untuk memeriksa kondisi kesehatan para tahanan dan warga binaan yang secara keseluruhan berjumlah 1.012 orang.
Ia menegaskan jika kegiatan ini adalah wujud layanan jemput bola untuk menjaga kesehatan para tahanan dan WBP, dan juga sebagai alternatif untuk mendekatkan para penghuni dengan dokter dan tim perawat rutan sehingga para penghuni tidak segan untuk memeriksakan kesehatannya.
Sementara itu, Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan Kelas IIA Pontianak Rinaldi Prasetyo menambahkan, selain pemeriksaan kesehatan, pihaknya juga memberikan penyuluhan kepada para tahanan dan WBP tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh, kebersihan blok dan kamar hunian, serta mengajak mereka untuk selalu menjaga tata tertib.
"Kegiatan Dokling ini merupakan wujud komitmen Rutan Kelas IIA Pontianak dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal bagi para tahanan dan WBP," ujarnya.
Dengan pendekatan yang humanis dan mudah dijangkau, diharapkan kesehatan para tahanan dan WBP dapat terjaga dengan baik, sehingga dapat menjalani masa hukuman dengan tenang dan produktif.