Jakarta (Antara Kalbar) - Pemerintah Indonesia dituntut mampu meningkatkan produksi jagung nasional hingga 9 persen per tahun untuk dapat menurunkan atau mengurangi laju impor komoditas pangan tersebut.
Country Lead PT Monsanto Indonesia, Chris J. Peterson di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa dasar untuk peningkatan 9 persen itu berdasarkan data konsumsi dan produksi jagung oleh BPS.
Data BPS mencatat bahwa selama 2000-2011 kenaikan konsumsi jagung setiap tahun rata-rata 8 persen sementara itu angka peningkatan produksi jagung hanya 6 persen per tahun.
Sedangkan data dari Kementerian Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyebutkan kebutuhan impor jagung Indonesia rata-rata 9 persen atau 1,4 juta ton per tahun, sedangkan kenaikan areal tanam hanya 1 persen per tahun.
"Apakah Indonesia mampu menaikkan produksi jagung nasional hingga 9 persen per tahun sehingga dapat mengurangi atau menurunkan impor," katanya.
Chris menyatakan, dengan kondisi yang ada saat ini maka untuk menutup gap antara produksi dan kebutuhan jagung dalam negeri dibutuhkan lahan baru sekitar 400 ribu hektar serta petani lebih kurang 800 ribu orang untuk menanam jagung jika rata-rata produktivitas lahan 4,8 ton/ha serta kepemilikan lahan 0,5 ha per orang.
Dikatakannya, sejak 2006-2011 Indonesia telah mengeluarkan biaya sekitar 2,5 miliar dolar AS untuk mengimpor jagung.
"Tingginya beban pemerintah dan pelaku bisnis pakan ternak dalam impor jagung dapat berkurang apabila Indonesia dapat meningkatkan produksi jagung nasional," katanya.
Menurut dia, melalui pemanfaatan teknologi pertanian transgenik diharapkan menaikkan produktivitas jagung hingga 10 persen dan meningkatkan keuntungan petani hingga 26-47 persen di Indonesia.
Saat ini, tambahnya, untuk memenuhi kebutuhan produksi nasional, Indonesia mengimpor 76 persen jagung dari negara-negara yang mengembangkan transgenik seperti Argentina sebanyak 832.202 ton, Brazil (340.985 ton), AS (188.206 ton) dan selebihnya dari Cina serta India.
Dia menyatakan, adopsi transgenik mampu meningkatkan produksi secara signifikan seperti misalnya di Filipina sebelumnya produktivitas hanya mencapai rata-rata -0,4 persen namun dengan pengembangan rekayasa genetika pada jagung mampu menaikkan produksi hingga 6 persen per tahun.
Sementara itu Corporate Affirs Lead PT Monsanto Indonesia Herry Kristianto menyatakan, transgenik merupakan salah satu solusi yang tersedia saat ini yang dapat dikembangkan di Indonesia.
Hal itu, lanjutnya, dikarenakan tantangan yang dikeluhkan petani jagung di Indonesia seperti tingginya biaya penanggulangan gulma, hama penyakit pengerek batang serta kualitas produksi yang rendah.
"Melalui hasil ujicoba yang dilakukan oleh tim CARE IPB, pemanfaatan jagung transgenik toleran herbisida mampu menaikkan keuntungan petani antara 26-47 persen," katanya.
Menurut dia, bila Indonesia mengembangkan benih jagung transgenik diharapkan tidak hanya mampu memenuhi konsumsi jagung dalam negeri namun juga untuk kebutuhan ekspor ke negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand.