Beijing (Antara kalbar) - Keragaman kuliner Indonesia kini relatif mudah untuk dijumpai di beberapa kota di Negeri Panda, China, meski jumlahnya masih sangat terbatas di beberapa kota saja.
Berawal dari kebingungan mencari restoran Indonesia, dan ingin lebih mengenalkan Indonesia, menjadi motivasi sejumlah pengusaha kakap hingga buruh migran Indonesia untuk menghadirkan ragam kuliner nusantara di Negeri China.
Salah satunya "Bali Bistro" yang salah satu perintisnya adalah Mari Elka Pangestu. Kala itu pada 2002 Mari Elka dan belasan ibu-ibu sering kebingungan menyajikan makan besar untuk para petinggi yang datang dari Jakarta. Juru masak yang jadi andalan hanya Mari Elka yang piawai memasak nasi rawon dan soto ayam.
Akhirnya belasan ibu-ibu yang tergabung dalam IBAS (Indonesian Business Association of Shanghai) menggagas dibukanya restoran Indonesia, dengan nama 'Bali Bistro'.
Restoran berlantai dua di di Jalan Wan Hang Du, Shanghai itu menyajikan beragam kuliner khas nusantara seperti rendang, aneka sate, gado-gado, opor ayam, tempe penyet, ikan bakar, bebek goreng bengil, sayur asem, ikan asin jambal roti, nasi goreng jawa, ayam betutu, sambel terasi plus lalapan dan lainnya.
Tersedia pula perkedel jagung, lumpia dan aneka makanan kecil khas nusantara.
Tak hanya itu pengunjung dan masyarakat Indonesia di China, khususnya Shanghai juga dapat melepas kangen dengan menikmati teh tubruk, es teh, es cendol, es cincau, es buah, es campur, es kopyor, klepon, kulak, bubur sumsum, tabu susur (tahu goreng berisi toge dan wortel), dan pisang bakar dengan adonan keju dan coklat.
Untuk menambah kental nuansa nusantara, dekorasi restoran pun didesain sesuai suasana di Indonesia, ornamen Bali dan Jawa menghiasi sejumlah sudut restoran. Alunan musik instrumental gamelan sunda, keroncong, atau musik instrumental tradisional dari Tanah Air lainnya, pun turut memperkuat kehadiran budaya dan kuliner Indonesia di restoran tersebut.
"Live music"
Asisten manajer restoran, Okky Hidayat menambahkan, khusus setiap malam minggu disajikan "live music".
"Malam minggu biasanya banyak pelajar dan mahasiswa Indonesia yang datang, entah sekadar kangen dengan masakan Indonesia atau bertemu dengan rekan-rekannya, sambil menyantap makanan ringan khas Indonesia," katanya.
Keinginan untuk lebih mempromosikan Indonesia khususnya melalui kuliner nusantara menjadi motif pengusaha Kasim Gozhali untuk membuka restoran khas Indonesia di Shanghai dengan nama "Made in Indonesia".
Dengan dekorasi, khas Indonesia, meja dan kursi dari kayu, serta alunan musik tradisional Indonesia, Kasim ingin menampilkan kuliner Indonesia dengan penyajian yang lebih profesional tanpa menghilangkan cita rasa sejatinya.
Kasim menegaskan "Made in Indonesia" hadir untuk melayani masyarakat Indonesia di China, dan mempromosikan Indonesia kepada masyarakat China, melalui keragaman kuliner nusantara serta kebudayaan Indonesia melalui alunan musik tradisional, terutama angklung.
Untuk menu, "Made in Indonesia" juga tidak jauh berbeda dengan restoran Indonesia lainnya di China.
"Namun untuk menjaga cita rasa setiap masakan dan makanan yang disajikan setiap bulan bumbu diimpor dari Indonesia dalam bentuk yang fresh bukan instan," ujar kepala juru masak "Made in Indonesia" Agus Wijaya.
Selain itu, "Made in Indonesia" tetap menjaga cita rasa khas dari setiap kuliner nusantara yang disajikan, tidak disesuaikan dengan selera masyarakat lokal China.
"Karena kami ingin benar-benar mengenalkan kuliner Indonesia," ungkapnya.
Kuliner nusantara juga hadir di Guangzhou, Provinsi Guandong, China. Restoran dengan nama "Pandan Indonesia" hadir sejak 2005 mengobati rindu masyarakat Indonesia akan kuliner Indonesia.
Dengan dekorasi yang "cozy" minimalis, "Pandan Indonesia" memanjakan lidah pengunjungnya dengan beragam kuliner nusantara plus nasi putih dan nasi uduk, yang dapat dipilih.
Mi ayam
Mi ayam dan bakso menjadi menu lain yang disajikan Pandan Indonesia, lengkap dengan aneka kerupuk dan emping serta teh botol baik dalam bentuk kemasan kotak 250ml maupun botol.
Restoran Indonesia yang relatif baru, hadir di Beijing dengan nama "Restoran Padang". Meski menyandang nama "Padang", restoran ini tidak saja menyajikan menu masakan Padang, tetapi juga masakan khas Indonesia lainnya seperti Soto Bandung, plecing kangkung, dan lainnya.
Bahkan disajikan pula aneka masakan China. Asisten Direktur Restoran Padang Evan wu Wen Long mengatakan khusus untuk masakan Indonesia cita rasanya disesuaikan dengan lidah masyarakat China.
"Jadi misalnya rendang, bagi masyarakat China terlalu pedas, maka kita kurangi bumbu pedasnya. Yang tentu bagi masyarakat Indonesia disini rasanya jadi aneh. Karena itu setiap pengunjung disetiap meja kita siapkan bendera dari mana tamu berasal, agar cita rasanya kita sesuaikan," tuturnya.
Namun, jangan berharap akan menemukan menu tempe, karena di Beijing tempe tidak ada.
Restoran Indonesia relatif lebih mudah dijumpai di Hongkong mengingat banyak TKI yang mengadu nasib di sana. Kuliner Indonesia hadir mulai kelas warung tegal yang dikelola para buruh migran Indonesia, hingga restoran.
Menunya pun lebih beragam mulai dari tempe orek khas warung tegal, mie telur, kornet, hingga ikan gurame asam manis. Bahkan di Hongkong berdiri toko khusus yang menjual aneka bumbu Indonesia, makanan kecil khas Indonesia, aneka kerupuk dan keripik, yang langsung diimpor dari Indonesia.
Perkenalkan
Duta Besar RI untuk China merangkap Mongolia Imron Cotan mengatakan kehadiran restoran Indonesia merupakan hal positif untuk lebih mengenalkan Indonesia kepada masyarakat China.
"Masakan China bisa hadir di hampir seluruh penjuru dunia. Kemana pun kita pergi ada restoran `chinese food'. Nah Indonesia dengan keragaman kulinernya, dengan keunikan cita rasanya seharusnya bisa seperti itu, minimal di China," kata Imron Cotan.
Dubes Imron mengatakan kehadiran restoran Indonesia akan memperkuat jejak Indonesia di Negeri Panda.
"Masyarakat China akan lebih mengenal Indonesia melalui budaya dan kulinernya, dan itu sangat efektif untuk memperkuat hubungan masyarakat kedua negara, yang mau tidak mau akan memperkokoh hubungan bilateral Indonesia-China. Saya berharap akan lebih banyak restoran Indonesia di China," tuturnya.
Jejak Kuliner Nusantara di Negeri China
Minggu, 2 Juni 2013 11:27 WIB