Sekadau (Antara Kalbar) - Pada tanggal 2 Juni ini warga Tionghoa merayakan ritual Ng Si Sui atau lebih dikenal dengan istilah Peh Cun. Namun, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Peh Cun tahun ini relatif sepi.
Pantauan di lapangan, tak banyak warga yang mandi di tengah-tengah sungai Kapuas, hanya puluhan warga Seberang Kapuas yang melaksanakan mandi Peh Cun. Penyebabnya adalah cuaca yang tak mendukung. Hujan yang mengguyur mulai malam hari hingga Senin siang menjadi alasan warga enggan menceburkan diri ke sungai.
“Tahun ini sepertinya sepi, soalnya hujan. Tidak banyak yang mandi berenang di tengah sungai, paling hanya mandi di jamban saja,†kata Liu Lu Nie, warga Seberang Kapuas.
Dia menambahkan, menurut kepercayaan, mandi Peh Cun hanya efektif pada jam 12.00 siang tepat. Prosesi itu merupakan peringatan Ng Si Sui dalam bahasa Khek.
Berdasarkan literatur, ritual Peh Cun merupakan tradisi turun temurun warga Tionghoa untuk mengenang jasa salah satu pahlawan dari jaman Dinasti Chin, yaitu Tuan Wu (Peh Cun) yang bunuh diri dengan cara menceburkan diri kedalam sungai. Peh Cun dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek.
"Mandi Peh Cun juga diyakini sebagai sarana untuk membuang sial yang didapat selama tahun yang telah lalu serta mendatangkan rejeki di masa
yang akan datang. Ada suatu kepercayaan dalam warga Tionghoa yang meyakini semakin jauh mandi (tengah laut), semakin banyak pula rejeki yang akan datang di tahun berikutnya," tuturnya.
Dia menambahkan, tidak hanya mandi, masyarakat Tionghoa ada yang membawa pulang air sungai. Dipercaya, air sungai yang diambil tepat jam 12 siang bisa membuang sial dan membawa keberuntungan.