Sintang (Antara Kalbar) – Ketua PGRI Kalbar, Samion melihat perlu ada kajian mendalam tentang pelaksanaan Sertifikasi Guru yang selama ini dilaksanakan. Sebab dia melihat tidak menjamin guru yang sudah disertifikasi merupakan guru yang profesional.
"Apalagi di Kalbar sampai hari ini pelaksanaan sertifikasi guru hanya ditangani oleh satu LPTK negeri yaitu Untan. Perguruan tinggi negeri ini harus menangani sekian puluh ribu guru di Kalbar. Apa dijamin yang lulus sertifikasi ini sudah punya kompetensi profesional yang luar biasa. Menurut saya masih tanda tanya," nilainya.
Dia menyarankan harus dilakukan kajian ulang tentang sistem PLPG atau sistem sertifikasi yang ada. Terutama untuk guru-guru yang belum di sertifikasi. Apalagi terhadap guru-guru yang sudah mengabdi puluhan tahun. "Kami banyak laporan ada guru-guru yang sudah tua sampai harus 9-12 kali mengikuti PLPG. Bahkan sampai stres tapi tidak lulus," katanya.
Menurut dia, kajian yang pertama harus dilakukan yakni mengenai materi latihannya dalam PLPG. Terutama untuk guru-guru yang sudah mengajar di atas 20 tahun. Tidak hanya itu, Samion pun menilai pemerintah telah gagal dalam menargetkan bahwa pada 2015 semua guru harus sudah di sertifikasi. Tapi kenyataannya, masih banyak guru yang belum di sertifikasi.
"Karenanya harus ada sinergisitas. Tidak hanya perguruan tinggi negeri saja yang diberi kewenangan tapi juga perguruan tinggi swasta yang punya peluang untuk membantu termasuk PGRI. Selama ini PGRI tidak pernah dilibatkan. Seharusnya PGRI diminta melakukan analisis terhadap pelaksanaan sertifikasi ini," katanya.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalbar, Alexius Akim menyampaikan masih banyak guru di Kalbar yang gagap teknologi (Gaptek), yang terlihat saat mereka mengikuti Uji Kompetensi Guru (UKG) dalam pelaksanaan sertifikasi guru.
Dia mengatakan rata-rata guru yang tidak lulus dalam UKG karena kurang dalam penguasaan teknologi. Oleh karena itu Akim meminta Dinas Pendidikan di kabupaten/kota segera berupaya meningkatkan kemampuan para guru dalam penguasaan teknologi. "Rata-rata guru yang gagal UKG karena penguasaan IT-nya rendah," katanya.
Ia menegaskan kemampuan menguasai IT harus dimiliki para guru agar mereka bisa meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya. Tidak hanya penguasaan IT yang rendah, tapi juga banyak guru yang penguasaan terhadap kompetensi profesional juga rendah.
"Beberapa waktu lalu, ada guru di tes Matematika tidak lulus karena penguasaan terhadap kompetensi profesional hanya mendapat skor 40. Padahal dia guru matematika," ungkapnya.
Akim menyampaikan sampai saat ini baru sekitar 70 persen guru di Kalbar yang sudah disertifikasi. Pelaksanaan sertifikasi guru ini terus dilakukan setiap tahun. Meski demikian, pelaksanaan sertifikasi guru tidak akan selesai di tahun 2015.