Jakarta (Antara Kalbar) - Berakhirnya tahun 2015 dalam beberapa hari
lagi akan segera ditandai dengan pemberlakuan kerangka kerja Masyarakat
Ekonomi ASEAN pada 31 Desember 2015, namun Presiden Joko Widodo (Jokowi)
telah mempersiapkan Indonesia dalam menghadapinya.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan kerangka perdagangan bebas di
kawasan yang telah digagas sejak 2007 bertujuan untuk memperkuat
perekonomian negara-negara Asia Tenggara dan memperkecil kesenjangan
ekonomi.
Meski masih banyak pihak yang meragukan kesiapan
Indonesia dalam kerangka tersebut, namun Presiden Jokowi menegaskan
bahwa rakyat Indonesia tidak perlu takut menghadapi MEA.
Menurutnya, masih banyak yang belum sadar kalau pasar MEA sudah dibuka.
Jokowi mengatakan bahwa seharusnya masyarakat tidak perlu takut
dengan pemberlakuan MEA, karena sebenarnya negara lain justru takut
negaranya akan kebanjiran produk dan tenaga kerja dari Indonesia.
Ia mengungkapkan, sejumlah perdana menteri dan presiden dari negara
tetangga. seperti Vietnam, Laos, Myanmar, Singapura, Brunei, dan
Malaysia berkali-kali menyatakan kekhawatirannya akan dibukanya pasar
MEA dalam setiap kesempatan bertemu dengan Presiden Jokowi.
Namun, Presiden menegaskan bahwa dalam beberapa kesempatan masih banyak
masyarakat dan pengusaha yang takut akan pasar bebas di kawasan ASEAN
tersebut.
"Yang perlu saya ingatkan bahwa mereka saja takut
pada kita. Kok kita ikutan takut. Jangan takut, jangan khawatir. Harus
persiapkan diri, apa yang kurang dan perlu diperbaiki," ujar Presiden
Jokowi dalam forum silaturahmi dengan kepala desa dan perangkat desa di
Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (26/12).
Pemberlakuan pasar
bebas kawasan ini sudah tidak bisa dicegah karena Indonesia sudah
menandatanganinya 11 tahun yang lalu, mau tidak mau Indonesia harus
turut serta dalam arena kompetisi perdagangan tersebut.
Presiden juga mengingatkan bahwa selain MEA, masih ada lagi kemitraan
perdagangan Trans Pasifik (TPP) dan Perjanjian Perdagangan Bebas dengan
Uni Eropa yang akan berlaku dua tahun lagi.
"Kalau kita
tidak gabung, barang ekspor kita akan dikenakan pajak 15-20 persen, kita
bisa jualan apa?" ujar Presiden Jokowi.
Presiden juga mengingatkan para kepala desa untuk dapat lebih mempersiapkan diri dalam persaingan bebas se-ASEAN ini.
Karena dalam kerangka MEA, warga negara se-Asia Tenggara dapat
dengan mudah mengakses atau bekerja di negara sesama kawasan.
Pesan di KTT ASEAN Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN dari Kementerian
Luar Negeri I Gusti Agung Wesaka Puja menyampaikan ada tiga hal utama
yang disampaikan Presiden Jokowi saat menghadiri KTT ke-24 ASEAN di
Myanmar, November 2015.
Pertama, yakni dengan mempercepat
pembangunan infrastruktur dan konektivitas di negara ASEAN, antarnegara
ASEAN, dan dengan negara mitra yang sesuai koridor Masterplan on ASEAN
Connectivity (MPAC).
Langkah kedua adalah dengan melakukan
kerja sama investasi, industri dan manufaktur yang lebih erat di antara
negara-negara anggota ASEAN.
Sedangkan yang ketiga dengan
meningkatkan perdagangan intra negara ASEAN yang saat ini masih rendah
atau baru mencapai 24,2 persen.
"Indonesia berharap dalam
lima tahun ke depan nilai perdagangan intra ASEAN setidaknya bisa
mencapai 35 sampai 40 persen," kata Wesaka Puja.
MEA tidak harus menjadi kekhawatiran, justru ini menjadi peluang untuk memperluas pasar Indonesia di kawasan Asia Tenggara.
Pasar Indonesia mencapai 250 juta orang, tetapi pasar ASEAN itu mencapai 625 juta orang.
Proteksi Tenaga Kerja Untuk itu, melalui Kementerian Tenaga Kerja
Indonesia telah menyusun setidaknya tiga strategi dalam menghadapi MEA.
Pertama, adalah percepatan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKNNI) di semua
sektor.
Kemudian percepatan penerapan sertifikasi kompetensi
kerja bagi pekerja Indonesia yang diakui secara nasional dan
internasional.
Dengan cara mengotimalkan Balai Latihan Kerja
dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi menyiapkan dan mempercepat
sertifikasi kompetensi kerja.
Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja Indonesia mendapatkan pengakuan di luar negeri.
Selanjutnya adalah pengendalian Tenaga Kerja Asing (TKA) yang masuk
ke Indonesia sekaligus mendorong pekerja Indonesia agar mampu bersaing
dengan pekerja asing.
Hal tersebut sudah tertuang dalam Permenaker 16/2015 tentang Tata Cara Pengendalian dan Penggunaan TKA yang lebih ketat.
Persiapan Infrastruktur Selain itu, Presiden Jokowi juga sedang
mempersiapkan infrastruktur Indonesia dalam persaingan pasar bebas di
Indonesia.
Hal ini terlihat dari banyaknya proyek
infrastruktur yang sedang berlangsung di seluruh wilayah Indonesia,
mulai dari proyek jalan tol trans Jawa, trans Sumatra, jalur kereta di
kalimantan hingga tol laut.
Selain itu ada juga proyek
pembangunan pelabuhan seperti di Kuala Tanjung, Sumatera Utara dan New
Makassar Port, Sulawesi Selatan.
Keseluruhan proyek tersebut dimaksudkan presiden untuk menekan harga serendah mungkin dari faktor transportasi barang.
"Kalau sudah ada tol yang melintasi pulau (Jawa dan Sumatra) bisa
memangkas harga transportasi barang, jadi harga-harga barang lebih
murah," ujar presiden saat meninjau proyek jalan tol trans Sumatra di
Palembang pada Agustus 2015.
Diharapkan, dengan berbagai
pembangunan infrastruktur transportasi untuk lalu lintas barang dapat
membuat Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Untuk itu, presiden juga telah menginstruksikan untuk melakukan
efisiensi dalam birokrasi dan proses perizinan, sehingga dapat
mempercepat arus investasi ke dalam negeri.
Jika tidak
diantisipasi dan tidak dipersiapkan, MEA 2015 berpotensi menciptakan
instabilitas perekonomian nasional, itulah pesan Presiden Jokowi dalam
menghadapi MEA.
Jokowi Akhiri 2015 Bersiap Hadapi MEA
Rabu, 30 Desember 2015 9:56 WIB