Pontianak (Antara) - Kota Pontianak saat ini mempunyai Angkuts, yakni layanan jasa pengangkutan sampah anorganik seperti koran, botol plastik, gelas plastik, kaleng aluminium, kardus dan kertas secara gratis, dan prolibag yakni tempat sampah, sehingga menjadi solusi dalam mengatasi sampah di Pontianak.
"Uniknya, pengguna jasa angkutan sampah ini tidak perlu membayar, malah sebaliknya justru para pengguna jasa ini akan mendapat bayaran sesuai dengan jumlah sampah-sampah di atas yang diserahkan kepada sopir Angkuts," kata Direktur PT Angkuts Kreatif Indonesia, Muhammad Hafiz Waliyudin di Pontianak, Minggu.
Ia menjelaskan, latar belakang dirinya menggagas ide kreatif ini setelah berkaca dari kesuksesan layanan ojek berbasis aplikasi Android. Pola kerja Angkuts hampir sama dengan pemulung sampah namun Angkuts lebih terorganisir serta memanfaatkan teknologi informasi, yang bisa diakses oleh smartphone berbasis android.
"Kalau di Jakarta saja tukang ojek bisa meningkatkan taraf hidupnya, mengapa pemulung tidak," ujarnya usai peluncuran Aplikasi Angkuts dan Prolibag di Taman Digulis Untan Pontianak.
"Bagi pengguna aplikasi yang memiliki sampah-sampah anorganik seperti yang tercantum dalam aplikasi, tinggal memanggil driver dengan menekan dan tahan ikon `panggil angkuts`. Setelah itu, pengguna mengisikan alamat lengkap dan menekan tombol ok, kemudian driver yang berada di kelurahan terdekat akan segera datang dan mengambil sampah, lalu sampah itu ditimbang untuk menentukan uang yang akan diterima pengguna aplikasi, dan uang itu akan masuk dalam bentuk virtual account dalam akun yang bersangkutan," ujarnya.
Apabila uang yang ada dalam akun pengguna aplikasi itu sudah mencapai Rp50 ribu dan kelipatannya, maka pengguna bisa melakukan pencairan atau menguangkannya di Kantor Angkuts yang beralamat di Jalan Tabrani Ahmad Kecamatan Pontianak Barat. Dalam aplikasi Angkuts juga tertera daftar harga sampah-sampah anorganik yang dihitung per kilogram, harga tersebut secara berkala diupdate oleh admin.
Untuk tahap pertama, pihaknya bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pontianak, yang mewajibkan seluruh organisasi perangkat daerah maupun sekolah-sekolah untuk menggunakan aplikasi Angkuts. "Kami juga berkolaborasi dengan Pemkot untuk memberikan sosialisasi dan edukasi dalam pengelolaan sampah itu," kata Hafiz.
Tahap awal, Angkuts baru memiliki 25 driver yang tersebar di seluruh kelurahan se-Kota Pontianak yang sebagian besar direkrut dari kalangan mahasiswa. Sampah-sampah anorganik itu diangkut oleh driver Angkuts dan dijual kembali ke pengepul akhir, sedangkan keuntungan dari penjualan sampah anorganik tersebut 100 persen menjadi hak driver sepenuhnya.
"Ke depan, kami akan mengelola sampah-sampah itu secara mandiri sebagaimana arahan Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, agar kami membeli alat pencacah sampah," ujarnya.
Prolibag Pintar
Sementara itu, berbeda dengan Angkuts yang fokus dengan sampah anorganik, Beny Tanhery pencetus Prolibag menggagas ide untuk mengelola sampah organik yang sebagian besar berasal dari rumah tangga. Ia menciptakan suatu wadah yang dinamainya Prolibag Pintar, yakni wadah sederhana yang diciptakan untuk membantu dalam penanganan sampah organik, terutama sampah organik di rumah tangga.
"Dengan Prolibag, kita tidak perlu repot, tinggal simpan Prolibag Pintar minimal satu buah di belakang rumah atau di halaman depan rumah," ujarnya.
Wadah Prolibag itu desainnya cukup sederhana, yakni rangka besi yang dibentuk seukuran plastik polibag dan disediakan kait untuk menempatkan plastik polibag sehingga lebih rapi, kemudian sampah organik yang dihasilkan setiap hari langsung dipisah dan dimasukkan ke dalam Prolibag hingga 50 - 70 persen dari volume polibag sebagai pupuk. Setelah itu, sampah organik itu ditimbun dengan tanah untuk ditanami berbagai jenis tanaman.
"Bisa ditanami dengan bibit pohon, bunga atau tanaman lainnya sesuai selera," kata Beny.
Prolibag ini banyak memberikan manfaat, selain mengatasi persoalan sampah, juga untuk menjadikan kota semakin hijau dan teduh karena melahirkan aktifitas baru seperti bercocok tanam, tanaman hias, dan aktifitas penghijauan kota.
Wali Kota Pontianak, Sutarmidji mengapresiasi inovasi kedua gagasan anak muda Pontianak itu. Kehadiran Angkuts yang menjadikan sampah-sampah anorganik menjadi bernilai ekonomis dinilainya bisa membantu Pemkot dalam menangani persoalan sampah di Pontianak.
"Kalau mereka bisa tangani lima hingga 10 persen saja sampah anorganik itu sudah luar biasa dan bisa memberi nilai tambah bagi rumah tangga. Bisa saja uang yang diperoleh masyarakat itu untuk membayar PBB atau lainnya," ujarnya.
Ia juga mendukung ide kreatif terciptanya Prolibag sebab bisa mengurangi sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan sementara atau tempat pembuangan akhir. Sutarmidji optimistis dalam kurun waktu satu atau dua tahun ke depan, Pontianak bisa menjadi model percontohan dalam mengelola sampah menjadi bernilai ekonomis dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap persoalan sampah.
Tujuannya, untuk mewujudkan Pontianak sebagai kota yang taat dan tertib aturan, sebagaimana tahun 2016 dicanangkan Pontianak Tertib Aturan, salah satunya tertib dalam membuang sampah. "Jangan sampai ada lagi warga yang diajukan ke pengadilan karena membuang sampah sembarangan, dan buang sampah di luar jadwal yang ditetapkan," kata Sutarmidji.
(A057/F003)