Pontianak (Antara Kalbar) - Hasil pemantauan WWF Indonesia terhadap populasi penyu di perairan Paloh, Kabupaten Sambas, menemukan adanya upaya pengambilan paksa telur penyu yang masih ada di dalam saluran telur.
"Dalam satu minggu pemantauan, ditemukan dua kasus serupa," kata Drh Dwi Suprapti dari WWF Indonesia saat dihubungi di Pontianak, Rabu.
Kejadian pertama ditemukan pada Kamis (14/9), ada satu ekor penyu Hijau (Chelonia mydas) dijumpai terdampar mati di Pantai Peneluran Paloh dalam keadaan membusuk dengan kondisi perut terbelah. Saat itu, sekira pukul 11.00 siang, Tim Observer WWF menerbangkan drone untuk melakukan observasi kerusakan vegetasi pantai akibat pembukaan lahan hutan pantai yang marak terjadi di Paloh. Kemudian, terlihat seekor penyu Hijau terdampar mati dan terlihat saluran menyerupai usus menjulur panjang di luar tubuhnya.
WWF Indonesia lalu Drh Dwi Suprapti dan tim untuk melakukan forensik pada Sabtu (16/9). Dari hasil observasi bahwa benar adanya satu ekor penyu Hijau (Chelonia mydas) yang dijumpai mati terdampar dalam keadaan telah mengalami pembusukan tingkat lanjut (kode 4) atau diperkirakan telah mati lebih dari lima hari yang dijumpai di Pantai utara Paloh mengarah ke desa Temajuk.
Penyu ini jenis kelamin betina dan berukuran panjang lengkung karapas (PLK/ CCL) 96 Cm. "Hal ini berarti penyu ini merupakan penyu dewasa (diperkirakan lebih dari 30 tahun)," ujar Dwi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan makroskopis, terlihat adanya vulnus penetrosum at inframarginal scute sinister atau adanya tanda-tanda luka sayatan dengan benda tajam pada bagian tepi kiri bawah tubuh penyu. Sayatan ini diduga adalah bagian dari upaya mengeluarkan paksa saluran telur penyu (oviduct) untuk kemudian diambil telurnya.
Kejadian kedua adalah pada Jumat (22/9) pagi hari saat tim
monitoring WWF Indonesia hendak melakukan pendataan rutin jejak penyu yang bertelur. Saat itu, kembali dijumpai seekor penyu Hijau Betina berukuran panjang dan lebar lengkung karapas masing-masing 73 dan 64 cm dalam keadaan mati dengan kondisi telah mengalami pembusukan lebih lanjut (kode 4) dan terdapat bekas tali pancing yang melilit ditubuhnya.
Ketika dilakukan pengamatan penyu ini juga mengalami Vulnus penetrosum at inframarginal scute dexter atau luka sayatan pada bagian tepi kanan bawah tubuh penyu. "Hal ini diduga adalah bagian dari upaya paksa untuk mencari dan mengambil telur dari tubuh penyu. Meskipun ukuran penyu menunjukkan belum dewasa dan belum masanya bertelur," ujar dia.
Paloh yang merupakan pantai peneluran penyu terpanjang di Indonesia dan sangat disukai oleh Penyu Hijau (Chelonia mydas) untuk bertelur. Pantai yang terletak di ekor borneo ini telah lama menjadi lokasi target bagi pemburu telur penyu. Bahkan berdasarkan data publikasi WWF Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa hampir 100 persen telur penyu diburu sepanjang tahun pada periode sebelum tahun 2010.
Namun, seiring dengan upaya keras pendampingan WWF Indonesia terhadap masyarakat serta kegiatan monitoring rutin sepanjang hari yang dilakukan hampir delapan tahun telah membuahkan hasil. Setidaknya, lebih dari 70 persen sarang penyu berhasil diselamatkan dan menetas menjadi tukik.
"Namun upaya yang dilakukan WWF Indonesia bersama Kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) ini membuat pemburu telur penyu menjadi tak leluasa bergerak, sehingga untuk mempersingkat waktu pengambilan telur dimana seharusnya proses ritual penyu bertelur mencapai 3 jam, maka jalan singkatnya adalah dengan menyayat bagian tepi perut penyu untuk kemudian mengeluarkan saluran telur dan mengambil telurnya secara paksa," kata Dwi Suprapti.
Dwi menambahkan, adanya dua kasus tersebut menunjukkan terjadinya bentuk kekerasan fisik terhadap penyu secara berencana dengan cara melukai dan menyayat bagian Inframarginal scutes atau bagian tepi bawah tubuh penyu sebagai upaya pengambilan paksa telur penyu dari dalam tubuhnya. "Tentunya hal ini sangat tragis dan merupakan bagian daripada kejahatan kriminal satwa dilindungi dan harus dicegah kejadian serupa agar penyu-penyu yang sejatinya telah bertahan hidup hingga dewasa melawan kerasnya kehidupan dan tantangan dilautan namun harus mati dalam sekejap akibat ulah manusia yang tak bertanggung jawab hanya demi mendapatkan telurnya secara singkat," kata dia.
Ia berharap adanya perhatian serius dari manajemen otoritas dan aparat penegak hukum untuk bersama-sama dalam melakukan pengawasan dan pengelolaan konservasi penyu di Indonesia khususnya di Paloh. "Dimana lokasi Paloh yang strategis dan bertetangga langsung dengan negara Malaysia yang memiliki harga jual telur penyu cukup tinggi dibandingkan perdagangan lokal menyebabkan peminat perburuan telur penyu masih terus berlangsung hingga saat ini mengingat nilai ekonomisnya yang cukup tinggi," demikian Dwi menjelaskan.
(T.T011/I006)
WWF: Ada Upaya Pengambilan Paksa Telur Penyu Dari Indukan
Rabu, 27 September 2017 16:10 WIB