Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Kalimantan Barat, Heronimus Hero mengatakan, wilayah perbatasan yang ada di provinsi itu selama ini mampu memberikan kontribusi ketahanan pangan daerah dengan surplus 200 ribu ton beras per tahun.
"Saat ini, Kalimantan Barat dinyatakan surplus beras. Untuk wilayah perbatasan saja, total surplus mencapai 200 ribu ton per tahun, dimana wilayah itu mencakup di Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan Kapuas," kata Heronimus di Pontianak, Senin.
Dia menambahkan, jumlah itu di luar dari daerah penyangga, seperti di Kabupaten Landak.
Pihaknya juga mencatat produksi gabah kering di Kalimantan Barat mencapai 1,5 juta ton per tahun. Bahkan tahun ini ditargetkan produksinya mencapai 1,6 juta ton per tahun.
"Jika diolah menjadi beras, menyusut menjadi satu juta ton per tahun. Jumlah ini jauh melebihi konsumsi masyarakat terhadap beras. Data pertama menyebutkan konsumsi beras masyarakat 124,9 kilogram per tahun. Totalnya mencapai 600 ribu ton per tahun," tuturnya.
Merujuk data statistik yang berdasarkan survei nasional, konsumsi beras sekitar 114 kilo atau setara dengan 520 ribu ton per tahun��.
"Ada selisih di dua data itu tapi hitungannya produksi beras Kalbar tetap surplus," katanya.
Heronimus menjelaskan, dengan surplus beras tersebut saat ini sudah banyak beras Kalbar dijual ke luar Pulau Kalimantan.
"Sementara di pasar memang lebih banyak beredar beras dari luar Kalbar, sehingga banyak yang meragukan bahwa Kalbar telah surplus beras.
Padahal, selain untuk konsumsi masyarakat, beras asal Kalbar dijual ke pulau-pulau di dekat Kalimantan Barat, seperti Pulau Natuna dan Kepulauan Riau," katanya.
Kemudian, beras tersebut juga masuk ke pasar tradisional di kawasan perbatasan dan menyeberang ke negara tetangga. Contohnya di kawasan Jagoi Babang, Kalbar (Indonesia) ke Serikin (Malaysia).
"Total 200 ribu ton di kawasan perbatasan dan menyebar di sana. Beras asal Kalbar pun masuk ke Malaysia tapi tidak melalui jalur resmi," jelas Hero.
Menurut Hero, daerah tempat tujuan beras itu dikenal tidak memiliki lahan pertanian. Termasuk juga Malaysia, bahkan negara ini sudah mulai mengimpor beras dari Kalimantan Barat.
Tentunya melalui jalur resmi.
"Bahkan ekspor beras perdana dilakukan langsung oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, belum lama ini," tuturnya.
Dia menambahkan, penyebab masuk beras dari luar dikarenakan selera konsumsi masyarakat. Petani Kalbar lebih banyak menanam beras luar. Beras seperti ini kurang disukai masyarakat perkotaan, yang umumnya lebih suka dengan beras yang pulen.
"Selera juga mempengaruhi. Belum lagi selisih harga, sehingga pedagang beras mendatangkan dari luar," katanya.
(KR-RDO/N005)