Jakarta (Antaranews Kabar) - Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menyampaikan bahwa Korea Utara masih menganggap Amerika Serikat menjadi ancaman terbesar sehingga tetap mempertahankan program peluru kendali dan nuklir.
"Pesan mereka yang paling tegas adalah bahwa AS masih menjadi ancaman terbesar, dan mereka juga mengendalikan Korea Selatan dan Jepang. Itu lah kenapa mereka mengembangkan nuklir," kata Dino dalam sebuah seminar di kantor FPCI Jakarta, Selasa sore.
Informasi tersebut ia dapatkan usai melakukan kunjungan bersama sejumlah delegasi ke Korea Utara pada 3-7 April.
Menurut mantan Duta Besar RI untuk AS ini, pengembangan senjata nuklir oleh Korea Utara merupakan bagian dari kebijakan politik pemimpin tertinggi Kim Jong Un agar bisa menangkal serangan nuklir dari AS.
"Analoginya mereka harus punya 'Nuclear Stick' atau tombol nuklir, jika mereka diserang, dan tidak mungkin mereka membalas dengan 'Wooden Stick' (tongkat kayu)," ujar Dino menjelaskan.
Selain senjata nuklir, Korea Utara juga terus membentuk postur militer agar lebih kuat dan proses ini dinilai Dino juga tidak akan goyah serta terus mengedepankan bidang militer.
"Orang-orang di Korea Utara tidak gila, mereka berpikir sangat strategis, taktis, pintar, dan penuh perhitungan. Saya rasa negosiator Amerika Serikat harus mampu mempertimbangkan itu, harus meminimalkan celah persepsi dalam pembicaraan akhir Mei besok," pungkas Dino.
Guna membahas perbaikan di Semenanjung Korea, direncanakan dua pertemuan antar-Korea dan antara Korea Utara dan Amerika Serikat, masing-masing dilaksanakan pada akhir bulan April dan akhir bulan Mei.
Pertukaran ancaman dan hujatan antara Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump tahun lalu juga menyebabkan kegelisahan di Semenanjung Korea selain uji rudal nuklir yang dilakukan Korea Utara.
Pembicaraan mengenai KTT antar-Korea, yang akan menjadi pertemuan pertama sejak 2007, merupakan hal positif setelah berbulan-bulan ketegangan antara Pyongyang, Seoul dan, Washington mengenai program nuklir dan rudal Korea Utara.