Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kapolda Kalimantan Barat, Irjen (Pol) Didi Haryono menyatakan, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berdampak pada kesehatan dan pertumbuhan ekonomi.
"Dampak Karhutla selain merusak lingkungan, juga berdampak pada kesehatan dan terganggunya pertumbuhan ekonomi," kata Didi Haryono di Pontianak, Kamis.
Ia menjelaskan, saat ini perkembangan titik panas di Kalbar meningkat. "Saya lihat hari ini terdata sebanyak 299 titik panas, sebelumnya ada sekitar 300 lebih titik panas," ungkapnya.
Didi menambahkan, tekstur tanah yang bergambut dengan kedalaman tujuh hingga delapan meter ke bawah, sehingga di atas permukaan api sudah tampak padam, tetapi di dalam apinya tetap menyala.
"Satelit NOAA, Terra Aqua dan LAPAN sangat sensitif, sehingga bara saja sudah bisa menimbulkan titik api di peta, sehingga harus diantisipasi, karena kabut asap bisa merusak saraf otak anak-anak, kemudian mengganggu perlintasan, seperti maskapai penerbangan, jalur laut maupun darat, dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi," ungkapnya.
Sementara itu, Pangdam XII/Tanjungpura, Mayjen (TNI) Achmad Supriyadi mengatakan, saat ini yang diperlukan tindakan cepat dalam mencegah dan menanggulangi Karhutla tersebut.
"Apalagi sudah ada korban meninggal karena Karhutla, yakni di Kabupaten Sambas dan Melawi. Dan sekitar 80 persen Karhutla terjadi karena dibakar, bukan terbakar," ujarnya.
Di tempat terpisah, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, terpantau sebanyak 1.061 hotspot (titik panas) yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Kalbar, hari ini Kamis (16/8).
Kemudian, dari pantauan selama 24 jam melalui Satelit Aqua, Terra, SNNP pada catalog modis LAPAN, di Kalbar terpantau sebanyak 592 titik panas kategori sedang, dan sebanyak 469 titik panas kategori tinggi, katanya.
Karhutla berdampak pada kesehatan dan ekonomi
Kamis, 16 Agustus 2018 16:38 WIB