Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalbar, Prijono memprediksikan ekonomi Kalbar 2018 tumbuh sebesar 5,3 persen.
"Ekonomi provinsi ini mengalami peningkatan dibanding tahun lalu, kendati tidak akan terlalu tinggi. Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kalbar tahun ini mencapai 5,3 persen atau Lebih tinggi dari 2017 sebesar 5,17 persen," ujar dia saat pertemuan tahunan BI 2018 di Pontianak, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa meningtkatnya pertumbuhan tersebut bukan lantaran membaiknya sektor komoditas ekspor provinsi ini, melainkan oleh fenomena lokal, terutama dari konsumsi rumah tangga.
Sektor konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi faktor pendorong pertumbuhan. Ini lantaran semakin membaiknya persepsi ekonomi rumah tangga serta adanya momen Pilkada, kata dia.
Sementara kata dia, untuk dari kinerja ekspor masih dipengaruhi perekonomian dunai yang masih lesu. Hal tersebut membuat permintaan terhadap produk andalan Kalbar seperti karet dan CPO kurang.
"Ditambah lagi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta kebijakan AS dalam menaikkan suku bunga dalam negeri," jelas dia.
Lanjutnya, adapun untuk sektor pertanian merupakan sektor dengan pangsa terbesar terhadap perekonomian Kalbar. Selain pertanian, dua sektor terbesar lainnya adalah konstruksi dan perdagangan.
Selain itu, lanjut Prijono, inflasi pada tahun ini sangat stabil. Sehingga relatif tidak ada gejolak psikologis di masyarakat.
Inflasi dari Januari sampai November 2018 saja baru sebesar 2,68 persen. Sementara target inflasi tahun ini adalah 3,5 plus minus 1 persen. Ini berkat sinergi dari TPID serta pihak-pihak lain. Serta terjaganya ekspektasi masyarakat, minimalnya tekanan permintaan, dan terbatasnya pengaruh depresiasi rupiah, papar dia.
Prijono menyebut, pihaknya mengusulkan sektor pertumbuhan ekonomi baru agar tidak tergantung pada komoditas klasik yang harganya belum stabil. Pusat pertumbuhan baru tersebut hendaknya berfokus pada industri pengolahan. Dia juga mengusulkan pariwisata untuk dikembangkan menjadi industri alternatif penopang Kalbar.
Termasuk industri pariwisata yang masih belum banyak digarap karena kita memiliki alam yang indang dan budaya yang unik, jelasnya.
Sementara itu untuk persoalan perbankan, BI mencatat ada beberapa perbaikan di beberapa indikator, tetapi ada juga penurunan. Misalnya Persentase Non Performing Loan (NPL) yang menunjukkan tren menurun sepanjang 2018.
"Hanya saja pertumbuhan kredit juga mengalami penurunan. Adapun sektor pertanian merupakan sektor penerima kredit terbesar, dengan pangsa sekitar 50 persen dari total kredit," kata dia.
Baca juga: Bank Pembangunan Daerah Kalbar harus menjadi penopang pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Ekonomi Kalbar TW III tumbuh 5,01 persen