"Kalau Euro4 berlaku, otomatis stop (produksi). Karena mobil ini tidak untuk Euro4, jadi bahwa kepastian tahun depan untuk go on atau no go on enggak kelihatan. Tapi kalau Euro4 enggak diberlakukan ya otomatis (stop produksi)," kata Chief Operation Officer Astra Isuzu, Harry Kamora di Jakarta, Rabu (12/2).
Menurut dia, alasan mengapa Isuzu tidak ikut mengembangkan mesinnya menjadi Euro4 dikarenakan kebijakan tersebut tidak ditentukan oleh Isuzu Indonesia, melainkan prinsipal Jepang.
Baca juga: Isuzu Tambah Kapasitas Produksi, Investasi Rp 1,5 Triliun
"Tentang produksi bukan kapasitas saya untuk menjawab karena itu ada di prinsipal. Kita dari Sales Operation, prinsipnya selama dari pabrikan buat mobil menggunakan mesin yang sekarang itu, ya tetap kita jual ke pasar," kata dia.
Kendati Panther akan segera pensiun, Harry mengatakan bahwa sejauh ini penjualan di lini tersebut masih saja ada, dan didominasi oleh konsumen loyalis.
"Kalau sampai saat ini memang sebetulnya pembeli Panther itu costumer existing atau loyalists. Kalau new comer rasanya agak sulit. Hampir enggak ada," ujar Harry.
Baca juga: Isuzu Perluas Hubungan Lewat Program KUNCI
"Kalau (konsumen Panther) dari korporasi, mereka gunakan untuk operasional dan ada yang untuk rental. Untuk bank dan korporasi masih menggunakan minibus Panther karena tangguh," lanjutnya.
Sebelumnya, pada Senin (3/2), General Manager Marketing PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) Attias Asril mengungkapkan bahwa jika Isuzu memaksakan untuk mengembangkan Panther, itu akan memakan biaya yang besar, sedangkan saat ini versi terbaru juga sudah terisi oleh MU-X.
"Jadi kalau kita paksakan untuk ganti rasa-rasanya terlalu berat ya, jadi kami realistis saja, lagi pula kita kan ada penggantinya yaitu MU-X," kata Attias.
Baca juga: Isuzu Akan Luncurkan 9 Varian Komersial
Baca juga: Isuzu Resmikan outlet Baru Cabang Harapan Indah