Kubu Raya jadi percontohan penerapan pertanian digital di Kalimantan
Sabtu, 14 Maret 2020 10:07 WIB
Pontianak (ANTARA) - Kabupaten Kubu Raya menjadi daerah pertama di Pulau Kalimantan yang menerapkan teknologi pertanian berbasis digital untuk memaksimalkan potensi pertanian di kabupaten itu.
"Pemanfaatan teknologi pertanian berbasis digital ini merupakan bentuk kerja sama kita dengan Bank Indonesia untuk memaksimalkan potensi pertanian melalui program peningkatan pertanian berbasis digital. Diterapkan pertanian berbasis digital ini, menjadikan Kubu Raya sebagai Kabupaten satu-satunya di Pulau Kalimantan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kubu Raya, Gandhi Setyagraha di Sungai Raya, Sabtu.
Gandhi mengatakan, pihaknya terima kasih kepada Bank Indonesia yang telah bersinergi dengan pemerintah untuk mewujudkan pertanian melalui program pemberdayaan dan pelayanan dasar berbasis teknologi digital sebagai bagian dari upaya pembangunan daerah sentra pertanian.
"Apa yang telah dilakukan Bank Indonesia berkaitan dengan penggunaan teknologi digital ini merupakan suatu langkah besar bagi petani di Kabupaten Kubu Raya, karena digital farming ini akan memberikan dampak positif bagi pertanian di Kabupaten termuda di Kalbar itu khususnya di Kecamatan Sungai Kakap," tuturnya.
Alat yang akan dipasang nantinya ini merupakan teknologi baru yang belum pernah dikembangkan daerah di luar Jawa selain di Kabupaten Kubu Raya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kubu Raya ini menjelaskan, langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dan peningkatan Indeks Pertamanan (IP) dan teknologi ini sangat membantu petani dalam merekomendasikan penggunaan pupuk dan pestisida.
"Alat ini juga bisa membantu kita untuk menguji, melihat dan memprediksi yang berkaitan dengan kelembapan, keadaan cuaca dan kesuburan tanah. Tentunya ini merupakan teknologi yang sangat luar biasa. Artinya, ini akan kita maksimalkan kepada kelompok tani (Poktan) yang lainnya dan kami berterima kasih kepada Bank Indonesia yang memberikan ilmu baru berupa alat pemancar untuk pengembangan pertanian di daerah kita," katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Tim Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Kalbar Kapsulani mengatakan, untuk meningkatkan produksi padi di Kabupaten Kubu Raya, pihaknya menyediakan dua alat pemancar yang dipasang di hamparan lahan padi seluas 100 hektare.
Setiap satu alatnya diperuntukkan untuk 50 hektare hamparan lahan dan Kubu Raya merupakan Kabupaten pertama di Pulau Kalimantan yang menerapkan pertanian berbasis digital ini. Mengingat 8 daerah lainnya di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Timur sudah lebih dulu menerapkan pertanian berbasis digital ini.
"Hingga saat ini sudah ada 8 Kabupaten dan satu Kota di Indonesia yang sudah menerapkan teknologi pertanian berbasis digital farming ini diantaranya untuk di Pulau Jawa ada Kabupaten Karang Anyar (Jawa Tengah), Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), Kabupaten Gunung Kidul (Daerah Istimewah Yogyakarta), Kabupaten Garut (Jawa Barat), Kota Sukabumi (Jawa Barat), Kabupaten Sumedang (Jawa Barat), Kupang (Nusa Tenggara Timur), Sumba Timur (Nusa Tenggara Timur) dan Pulau Kalimantan baru ada di Provinsi Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Kubu Raya," kata Kapsulani.
Dia menambahkan, alat pemancar ini dapat membaca jumlah keasaman tanah, kadar air, kapan masa tanam, kapan panen dan kapan harus diberi pestisida.
Kemudian alat itu akan mengirimkan data-data ke satelit, nanti dari satelit akan dikirimkan melalui handphone (hp) yang terhubung. Setelah data-data itu terkirim di hp, maka sudah bisa dieksekusi apa pesan yang disampaikan alat itu.
"Pemasangan alat ini akan dilakukan pada tanggal 25 Maret mendatang di Desa Parit Keladi Kecamatan Sungai Kakap. Dipilihnya Kabupaten Kubu Raya dalam penggunaan digital farming ini, karena Kabupaten ke 12 di Kalbar itu merupakan daerah penghasil beras terbesar di Provinsi itu, mengingat masyarakat di Desa Parit Keladi Kecamatan Sungai Kakap ini mayoritas bekerja sebagai petani dan sangat dekat dengan Kota Pontianak, sehingga sangat tepat untuk dipasang alat itu di Desa ini," tuturnya.
Kapsulani memaparkan, selain di Kabupaten Kubu Raya yang saat ini menjadi pilot project penerapan peran teknologi di bidang pertanian, nantinya konsep ini juga dikembangkan di desa potensi-potensi pertanian lainnya Provinsi Kalbar.
"Pengembangan sistem industri 4.0 basisnya adalah Internet, sehingga saat ini kami bekerja sama dengan infokom yang akan fokus ke wilayah-wilayah potensial yang masih blank spot Internetnya," katanya.
Kapsulani juga mengatakan penduduk pedesaan mayoritas berprofesi sebagai petani, sehingga sentuhan program kegiatan di desa harus berbasis pertanian. Hal itu diharapkan mampu memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di wilayah pedesaan.
"Hal ini tentunya harus dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi dan informasi yang ada, petani diharapkan dapat diberdayakan, sehingga tujuan pembangunan dapat dicapai," kata Kapsulani.
"Pemanfaatan teknologi pertanian berbasis digital ini merupakan bentuk kerja sama kita dengan Bank Indonesia untuk memaksimalkan potensi pertanian melalui program peningkatan pertanian berbasis digital. Diterapkan pertanian berbasis digital ini, menjadikan Kubu Raya sebagai Kabupaten satu-satunya di Pulau Kalimantan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kubu Raya, Gandhi Setyagraha di Sungai Raya, Sabtu.
Gandhi mengatakan, pihaknya terima kasih kepada Bank Indonesia yang telah bersinergi dengan pemerintah untuk mewujudkan pertanian melalui program pemberdayaan dan pelayanan dasar berbasis teknologi digital sebagai bagian dari upaya pembangunan daerah sentra pertanian.
"Apa yang telah dilakukan Bank Indonesia berkaitan dengan penggunaan teknologi digital ini merupakan suatu langkah besar bagi petani di Kabupaten Kubu Raya, karena digital farming ini akan memberikan dampak positif bagi pertanian di Kabupaten termuda di Kalbar itu khususnya di Kecamatan Sungai Kakap," tuturnya.
Alat yang akan dipasang nantinya ini merupakan teknologi baru yang belum pernah dikembangkan daerah di luar Jawa selain di Kabupaten Kubu Raya.
Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kubu Raya ini menjelaskan, langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produksi padi dan peningkatan Indeks Pertamanan (IP) dan teknologi ini sangat membantu petani dalam merekomendasikan penggunaan pupuk dan pestisida.
"Alat ini juga bisa membantu kita untuk menguji, melihat dan memprediksi yang berkaitan dengan kelembapan, keadaan cuaca dan kesuburan tanah. Tentunya ini merupakan teknologi yang sangat luar biasa. Artinya, ini akan kita maksimalkan kepada kelompok tani (Poktan) yang lainnya dan kami berterima kasih kepada Bank Indonesia yang memberikan ilmu baru berupa alat pemancar untuk pengembangan pertanian di daerah kita," katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Tim Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Kalbar Kapsulani mengatakan, untuk meningkatkan produksi padi di Kabupaten Kubu Raya, pihaknya menyediakan dua alat pemancar yang dipasang di hamparan lahan padi seluas 100 hektare.
Setiap satu alatnya diperuntukkan untuk 50 hektare hamparan lahan dan Kubu Raya merupakan Kabupaten pertama di Pulau Kalimantan yang menerapkan pertanian berbasis digital ini. Mengingat 8 daerah lainnya di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Timur sudah lebih dulu menerapkan pertanian berbasis digital ini.
"Hingga saat ini sudah ada 8 Kabupaten dan satu Kota di Indonesia yang sudah menerapkan teknologi pertanian berbasis digital farming ini diantaranya untuk di Pulau Jawa ada Kabupaten Karang Anyar (Jawa Tengah), Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), Kabupaten Gunung Kidul (Daerah Istimewah Yogyakarta), Kabupaten Garut (Jawa Barat), Kota Sukabumi (Jawa Barat), Kabupaten Sumedang (Jawa Barat), Kupang (Nusa Tenggara Timur), Sumba Timur (Nusa Tenggara Timur) dan Pulau Kalimantan baru ada di Provinsi Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Kubu Raya," kata Kapsulani.
Dia menambahkan, alat pemancar ini dapat membaca jumlah keasaman tanah, kadar air, kapan masa tanam, kapan panen dan kapan harus diberi pestisida.
Kemudian alat itu akan mengirimkan data-data ke satelit, nanti dari satelit akan dikirimkan melalui handphone (hp) yang terhubung. Setelah data-data itu terkirim di hp, maka sudah bisa dieksekusi apa pesan yang disampaikan alat itu.
"Pemasangan alat ini akan dilakukan pada tanggal 25 Maret mendatang di Desa Parit Keladi Kecamatan Sungai Kakap. Dipilihnya Kabupaten Kubu Raya dalam penggunaan digital farming ini, karena Kabupaten ke 12 di Kalbar itu merupakan daerah penghasil beras terbesar di Provinsi itu, mengingat masyarakat di Desa Parit Keladi Kecamatan Sungai Kakap ini mayoritas bekerja sebagai petani dan sangat dekat dengan Kota Pontianak, sehingga sangat tepat untuk dipasang alat itu di Desa ini," tuturnya.
Kapsulani memaparkan, selain di Kabupaten Kubu Raya yang saat ini menjadi pilot project penerapan peran teknologi di bidang pertanian, nantinya konsep ini juga dikembangkan di desa potensi-potensi pertanian lainnya Provinsi Kalbar.
"Pengembangan sistem industri 4.0 basisnya adalah Internet, sehingga saat ini kami bekerja sama dengan infokom yang akan fokus ke wilayah-wilayah potensial yang masih blank spot Internetnya," katanya.
Kapsulani juga mengatakan penduduk pedesaan mayoritas berprofesi sebagai petani, sehingga sentuhan program kegiatan di desa harus berbasis pertanian. Hal itu diharapkan mampu memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di wilayah pedesaan.
"Hal ini tentunya harus dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi dan informasi yang ada, petani diharapkan dapat diberdayakan, sehingga tujuan pembangunan dapat dicapai," kata Kapsulani.