Pontianak (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat Suprianus Herman mengatakan tidak meratanya jaringan internet di Kalbar menyebabkan proses belajar dalam jaringan selama pandemi COVID-19, tidak optimal dilaksanakan di provinsi itu.
"Makanya, kita akan melakukan evaluasi terkait proses belajar daring ini. Karena, ketersediaan jaringan yang belum optimal di pelosok provinsi menjadi kendala bagi siswa," kata Suprianus di Pontianak, Kamis.
Suprianus menjelaskan meski menghadapi kendala guru berupaya tidak melakukan tatap muka untuk belajar di tengah pandemi ini.
Tatap muka hanya dengan memanfaatkan aplikasi yang sudah disediakan. Ini dilakukan sekolah yang memang dari sisi akses internet hingga fasilitas penunjang lainnya siap melakukan belajar dari rumah.
Dia mengatakan, guru atau sekolah yang memang minim fasilitas justru memanfaatkan media sosial seperti whatsapp sebagai sarana belajar daring.
"Bahkan ada yang menggunakan SMS, menyesuaikan dengan situasi kondisi sekolah karena ada anak-anak yang kurang mampu," kata Suprianus.
Namun ada juga sekolah yang benar-benar tidak bisa memanfaatkan fasilitas itu meskipun SMS. Sekolah-sekolah itu justru menggunakan jasa kurir untuk mengirimkan materi pelajaran ke siswa. "Jadi guru membuat soal kemudian menitipkan ke murid, kemudian dikumpulkan kembali," tuturnya.
Bahkan, dikatakan Suprianus, juga melakukan cara yang tak jauh berbeda. Pengumuman kelulusan diantar oleh kepala sekolah langsung. Ada juga yang dititipkan untuk disampaikan kepada penerimanya.
"Ini menjadi kreativitas guru karena memang sama sekali tidak bisa daring," kata Suprianus.
Diakuinya juga kondisi seperti itu kemudian membuat mata pelajaran yang disampaikan tidak bisa tuntas. Suprianus menyampaikan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Barat juga sudah melakukan kajian sebagai evaluasi belajar dari rumah, sejumlah kendala didapatkan berdasarkan kajian itu.
Seperti jarak siswa yang sangat jauh. Siswa berada di pedalaman, ladang hingga kawasan perkebunan. Jaringan internet tidak ada. Kemudian orangtua tidak memiliki HP maupun laptop. Termasuk guru tidak memiliki kesiapan dalam melaksanakan belajar dari rumah.