Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu membahas perkembangan konflik Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas, di Jalur Gaza, dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Dalam pertemuan yang berlangsung di sela-sela konferensi iklim PBB (COP28) di Dubai, Uni Emirat Arab, itu, Jokowi kembali menegaskan bahwa Indonesia mengutuk keras kekejaman Israel termasuk serangan ke fasilitas sipil.
“Indonesia juga mendukung dilakukannya investigasi melalui mekanisme internasional terkait pelanggaran Israel di Gaza,” kata Jokowi kepada Guterres, seperti disampaikan melalui keterangan tertulis Biro Pers Sekretariat Presiden RI.
Jokowi juga mengatakan bahwa Indonesia turut menyambut jeda kemanusiaan yang disepakati Israel-Hamas pada 24 November lalu.
Namun, dia menegaskan bahwa kekerasan harus dihentikan secara permanen demi menjamin keselamatan warga sipil, sebagaimana tercantum dalam Resolusi 2712 Dewan Keamanan PBB.
"Bantuan kemanusiaan harus segera masuk ke Gaza dengan aman dan tanpa hambatan. Bersama dengan beberapa menteri luar negeri Organisasi Kerja Sama Islam, Menlu RI (Retno Marsudi) juga melakukan diplomasi intensif untuk Gaza,” tutur Presiden Jokowi.
Pada Jumat (1/12), Guterres mengungkapkan penyesalan yang mendalam karena pertempuran kembali terjadi di Gaza setelah jeda kemanusiaan berakhir sehari sebelumnya.
“Saya sangat menyesalkan operasi militer dimulai lagi di Gaza. Saya masih berharap jeda yang telah disepakati bisa diperpanjang,” kata Guterres di platform X.
Dia mengatakan bahwa kembalinya permusuhan semakin menunjukkan betapa pentingnya gencatan senjata kemanusiaan.
Setelah jeda selama sepekan berakhir, militer Israel kembali menyerang Jalur Gaza pada Jumat, yang menimbulkan ratusan korban warga Palestina.
Sebanyak 109 warga Palestina tewas dan beberapa orang lainnya terluka setelah Israel kembali menyerang beberapa daerah di Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
PM Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa negaranya melanjutkan serangan di Gaza karena Hamas meluncurkan roket ke arah mereka dan tidak memenuhi kesepakatan jeda kemanusiaan.
Israel menuding Hamas bertanggung jawab atas serangan terbaru di Gaza karena tidak membebaskan semua sandera perempuan asal Israel, sesuai perjanjian jeda kemanusiaan, dan meluncurkan roket ke wilayah Israel.
“Kami akan melanjutkan perang ini sampai kami mencapai tiga tujuan: membebaskan semua sandera kami, melenyapkan Hamas sepenuhnya, dan memastikan bahwa tidak ada lagi ancaman seperti ini yang datang dari Gaza,” demikian pernyataan dari kantor PM Benjamin Netanyahu.
Di lain pihak, pemimpin Hamas mengatakan bahwa Israel tidak akan dapat mencapai tujuannya dari perang di Jalur Gaza.
“Apa yang tidak dicapai Israel dalam 50 hari sebelum jeda, tidak akan bisa dicapai dengan melanjutkan agresinya,” kata pejabat Biro Politik Hamas Izzat al-Rishq dalam sebuah pernyataan, Jumat.
“Dengan tekad rakyat kami dan kepahlawanan perlawanan kami, kami menentang kejahatan musuh dan dimulainya kembali agresi Nazi yang menargetkan warga sipil,” kata pemimpin Hamas tersebut.
Ia juga menegaskan perlawanan terhadap serangan Israel akan terus berlanjut.