Jakarta (ANTARA) - Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan perlu adanya sinergi lebih kuat antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor energi dan kampus di Indonesia, supaya mengakselerasi sekaligus mencapai ketahanan energi nasional.
Assistant Professor di Sekolah Bisnis Manajemen ITB Dzikri Firmansyah mengatakan sinergi tersebut dibutuhkan mengingat saat ini Indonesia sedang ada dalam fase transisi energi, sehingga perlu adanya kolaborasi dengan sektor akademik agar proses tersebut berjalan secara sesuai.
"PLTU, mesin uap mulai ditinggalkan. Ke depan, akan ada green teknologi. Sehingga dibutuhkan komunikasi dan kolaborasi dunia industri atau BUMN dengan kampus, dalam bentuk riset, kerja sama, magang dan seterusnya, agar dapat mengisi posisi-posisi yang dibutuhkan dan diimplementasikan dalam energi transisi," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Dalam sebuah diskusi dengan tema Strategi ESG, penguatan perusahaan energi dan migas di era transisi, di Bandung, Jawa Barat, 12 September, ia menjelaskan, kolaborasi ini nantinya akan bermanfaat untuk menumbuhkan kapasitas sektor energi nasional, dengan cara peningkatan kualitas sumber daya manusia di Tanah Air.
Lebih lanjut, guna mendukung proses transisi energi, pihaknya telah membuka mata kuliah sustainability pada tahun ini, yang merupakan bentuk komitmen ITB untuk mewujudkan keberlanjutan transisi energi di Indonesia.
"Bukti ITB mengukuhkan komitmennya untuk mewujudkan sustainability di Indonesia," katanya.
Selain meningkatkan kolaborasi dengan dunia pendidikan, BUMN sektor energi seperti PLN dan Pertamina juga harus menguatkan sinergi untuk memaksimalkan potensi pengembangan di tanah air, serta untuk menghadapi tantangan pemenuhan energi yang ada.
"There is too much opportunity and too much challenges in energy sectors. Selain teknologi, juga biaya pokok produksi dan cost lainnya. Karena itu, sinergi penting agar bisa bergerak maju dan BUMN energi menjadi lebih kuat," katanya.
Di sisi lain, Kepala Program Studi di Teknik Mesin ITB Pandji Prawisudha menyampaikan guna mendukung perluasan kolaborasi antara dunia pendidikan dan BUMN, pihaknya telah menyusun kurikulum yang pada tahun keempat mahasiswa dibebaskan memilih mata kuliah dan jumlah SKS-nya.
Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengembangkan multi skill, yang akan menghasilkan lulusan kompeten dan beragam.
“Jika ada request tertentu dari industri, maka kami akan menyesuaikan atau men-customize kurikulum untuk paket dunia kerja masa depan,” katanya.