Jakarta (ANTARA) - Pemerintah melalui Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia membidik peningkatan 45 persen untuk penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) pada 2025 seiring besarnya kebutuhan pekerja migran yang tersedia.
“Pada tahun 2025, KemenP2MI/BP2MI menargetkan pengiriman PMI sebanyak 425.000 orang yang artinya naik 45 persen dari tahun 2024,” kata Wamen P2MI Dzulfikar Ahmad Tawalla saat Konferensi Pers Capaian Kinerja KemenP2MI di Jakarta, Selasa.
Dzulfikar menyampaikan bahwa penempatan PMI periode Januari-30 Desember 2024 berjumlah 295.439, sedangkan kuota lapangan kerja di luar negeri untuk warga negara Indonesia yang biasa dikenal dengan istilah job order diproyeksikan pada 2025 sebesar 1.630.365 orang.
Sebagai bagian dari rencana program pemberdayaan pekerja migran dan memenuhi job order, KemenP2MI berkomitmen untuk mempersiapkan calon pekerja migran yang handal dengan melaksanakan beberapa program antara lain pelatihan kemampuan, pembekalan penguasaan bahasa, pendampingan penguatan keluarga, literasi keuangan bagi calon pekerja migran Indonesia dan keluarganya.
“Kemudian optimalisasi penyerapan KUR PMI, program pendampingan selama bekerja, pemberian literasi tata kelola keuangan, pelatihan kewirausahaan bagi keluarga calon pekerja migran Indonesia,” paparnya.
Kemudian program pendampingan setelah bekerja, rehabilitasi bagi PMI yang mengalami gangguan fisik dan psikis, pelatihan kegiatan produktif, pemberdayaan sosial, serta pembentukan kooperasi.
Lebih lanjut, Dzulfikar turut menyoroti banyaknya pemulangan PMI akibat tidak bekerja melalui prosedur resmi atau nonprosedural. Kementeriannya mendata sebanyak 11.039 PMI dipulangkan dari Malaysia sepanjang 2024.
Jumlah tersebut menyumbang 71,15 persen dari keseluruhan pekerja migran yang dipulangkan.
“Malaysia kita tahu sejak dulu menjadi jalur PMI ilegal kita yang paling tradisional. Itu jalur paling tradisional, paling tua dan pintunya paling banyak. Kita catat itu kurang lebih ada 4-5 pintu, dari Kalimantan, kemudian di Sulawesi, lalu di Sumatera sendiri,” ujarnya.
Negara lain yang menjadi asal pemulangan PMI adalah Arab Saudi dengan total 1.165 (7,51 persen), lalu Uni Emirat Arab (3,64 persen), Thailand 44 (2,72 persen), dan Singapura 340 orang (2,19 persen).
“Kami menyadari bahwa dalam upaya pelindungan pekerja migran Indonesia KemenP2MI/BP2MI tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga diperlukan adanya kolaborasi dan dukungan dari seluruh pihak untuk terus meningkatkan layanan pada pekerja migran Indonesia dan keluarganya,” kata dia.