Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kapuas Hulu Kalimantan Barat menyatakan terdapat 36 warga di daerah tersebut terserang penyakit demam berdarah degue (DBD), bahkan satu diantaranya dinyatakan meninggal dunia.

"Saat ini kami masih berupaya agar tidak terjadi penyebarluasan kasus DBD, sehingga tidak terjadi kejadian luar biasa," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kapuas Hulu Kastono, kepada ANTARA, di Putussibau Kapuas Hulu, Jumat.

Baca juga: Penanganan kasus DBD di Kapuas Hulu harus segera dilakukan
Baca juga: Karolin ajak OPD dan masyarakat cegah DBD

Disampaikan Kastono, sejak Januari hingga 27 Juli 2022 penderita DBD di Kapuas Hulu sebanyak 114 orang yang tersebar di 13 kecamatan.

Dia menjelaskan untuk bulan Juli 2022 penderita DBD sebanyak 36 orang yang tersebar di Kecamatan Putussibau Utara sebanyak 19 orang, Kecamatan Putussibau Selatan enam orang, Embaloh Hilir lima orang, Bunut Hulu dua orang, Bika satu orang, Embaloh Hulu satu orang, Semitau satu orang, Suhaid satu orang dan Kecamatan Boyan Tanjung satu orang dinyatakan meninggal dunia.

Baca juga: Dinkes Kota Singkawang: Warga jaga kebersihan lingkungan untuk tekan DBD
Baca juga: BBPOM Kalbar sita jamu Formav-D untuk diteliti khasiat dan efeknya
Baca juga: Antisipasi masyarakat Pontianak cegah DBD cukup tinggi

"Pasien meninggal dari Kecamatan Boyan Tanjung itu seorang anak berusia 5,9 tahun, meninggal di Rumah Sakit Putussibau dengan diagnosa Dengue Syock Syndrome (DSS)," jelasnya.

Disebutkan Kastono, beberapa langkah yang dilakukan yaitu melakukan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan lainnya untuk mencegah penyebarluasan atau mencegah terjadinya KLB.

Baca juga: Kadinkes Kalbar imbau kabupaten/kota waspada DBD
Baca juga: 100 kematian akibat DBD di Indonesia dari Januari - awal Maret 2020
Baca juga: Dinkes Pontianak lakukan fogging di lokasi temuan DBD

Selain itu, petugas kesehatan juga melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di rumah penderita dan rumah-rumah sekitarnya sekurang-kurangnya radius 100 meter dan juga di fasilitas umum yang diperkirakan bisa menjadi sumber penularan penyakit.

"Dari hasil penyelidikan epidemiologi itu nantinya untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pemberantasan penyakit DBD," ucap dia.

Baca juga: Mercure dan ibis Pontianak City Center adakan fogging gratis dan penyerahan Sembako
Baca juga: Dibanding virus corona, Kadinkes Kepri lebih takut DBD
Baca juga: Sepanjang 2019 ada 11 kasus DBD di Putussibau Selatan

Dia juga menuturkan petugas kesehatan melalui Puskesmas telah melakukan pengasapan (fogging) di beberapa kecamatan dan memberikan abatisasi serta memberdayakan masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan gerakan 3M Plus yaitu menguras, menutup dan mengubur.

"Kami mengimbau agar masyarakat turut serta melakukan pencegahan serta pemberantasan sarang nyamuk dengan menerapkan lingkungan yang bersih dan sehat dan menerapkan 3M Plus," pesan Kastono.

 

Pewarta: Teofilusianto Timotius

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022