Demak (Antara Kalbar) - Berdasarkan hasil kajian para ahli perikanan dari berbagai lembaga bahwa kondisi sumber daya rajungan (Portunus pelagicus) di pantai utara Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Demak, menunjukkan gejala "overfishing" (penurunan populasi).
"Kajian itu dilakukan bersama Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Sumber Daya Ikan (P4KSI) Kementerian Kelautan dan Perikanan), IPB, Undip, dan Komisi Nasional Pengkajian Sumber Daya Ikan (Komnas Kajiskan)," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) Arie Prabawa kepada Antara di Desa Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, Sabtu.
Oleh karena itu, kata dia, diperlukan usaha bersama para pihak guna mengembalikan stok populasi rajungan sehingga tetap lestari.
Terkait dengan itu, kata dia, kawasan konservasi rajungan di Desa Betahwalang, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat (27/12) sore, ditetapkan oleh para pihak guna memperbaiki sumber daya perikanan daerah itu yang kecenderungannya makin kritis.
Wartawan Antara dari perairan pantai utara Desa Betahwalang, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak melaporkan para pihak yang berkolaborasi dalam upaya penetapan kawasan konservasi itu adalah nelayan rajungan setempat, APRI, dan Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (Undi
Peluncuran kawasan konservasi rajungan itu ditandai dengan pemasangan tonggak bambu di tengah laut sejauh 2 mil dari pantai, yang juga dihadiri langsung Kepala Desa Betahwalang Ahmad Jamil beserta unsur muspika.
Direktur Eksekutif APRI Arie Prabawa menjelaskan bahwa pihaknya meluncurkan program itu dengan menggandeng FPIK Undip dan juga nelayan desa setempat dengan tujuan agar rajungan tetap lestari.
"Dengan demikian, bisa terus dikelola secara lestari hingga anak cucu masyarakat nelayan ke depan dalam jangka yang jauh," katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Betahwalang Ahmad Jamil menyampaikan terima kasih karena adanya kepedulian dan bantuan dari lembaga, seperti APRI dan FPIK Undip, yang membantu upaya terwujudnya pengelolaan rajungan yang lestari.
"Harapan kami, dengan bantuan yang didasarkan pada kajian keilmuan, sumber daya perikanan rajungan di Betahwalang ini akan makin baik dan terjaga kelestariannya," katanya.
Bersamaan dengan peluncuran kawasan konservasi rajungan itu, juga dideklarasikan Lembaga Pengelolaan Perikanan Rajungan Lestari (LP2RL), yang unsurnya adalah nelayan, aparat desa, dan juga akademisi dari Undip.
Ketua LP2RL Slamet Suharto, M.Sc., yang juga staf pengajar FPIK Undip berharap bahwa upaya-upaya bersama semua pihak terkait guna menjaga kelestarian rajungan di Betahwalang, sebagai sentra utama penghasil rajungan maupun Kabupaten Demak pada umumnya bisa terwujud.
"Penetapan kawasan konservasi adalah salah satu ikhtiar, sedangkan yang lainnya juga terus dilakukan, seperti penetasan telur rajungan dan program terkait lainnya," katanya.
Rajungan sebagai salah satu komoditas perikanan yang penting bagi sebagian masyarakat dan nelayan Indonesia. Hingga tahun 2011 telah menghasilkan devisa sebesar 268 juta dolar AS (Rp2,47 triliun) atau berada di urutan ketiga setelah tuna dan udang.
Tidak kurang dari 65.000 nelayan kecil terlibat dalam penangkapan rajungan di Indonesia, dan lebih dari 13.000 tenaga pengupas rajungan yang mayoritas perempuan dan keluarga nelayan bekerja di industri pengolahan komoditas ini.
Menyadari pentingnya kelestarian usaha pengelolaan rajungan bagi sebagian masyarakat Indonesia itu, APRI menjalin kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengupayakan perbaikan pengelolaan perikanan rajungan menuju lestari dan berkelanjutan dalam rangka Fishery Improvement Project (FIP) untuk pemacuan stok rajungan.
D.Dj. Kliwantoro
Kajian: Rajungan Pantura Tunjukkan Gejala Overfishing
Sabtu, 28 Desember 2013 17:43 WIB