Pontianak (Antara Kalbar) - Sebanyak 25 jurnalis peserta lokakarya bertema Memberitakan Isu Keberagaman, Minggu, membentuk Komunitas Sejuk Kalimantan Barat guna menyuarakan dan menyebarkan nilai-nilai keberagaman melalui media kepada masyarakat.
Komunitas Sejuk Kalbar dibentuk oleh 25 jurnalis peserta lokakarya, sebanyak 20 jurnalis di antaranya berasal dari media lokal dan nasional yang bertugas di Kalbar dan lima lainnya dari Radar Sampit (Kalimantan Tengah), Banjarmasin Post (Kalimantan Selatan), Tribun Kaltim (Kalimantan Timur), Harian Timor Express (Nusa Tenggara Timur), dan Harian Kota Kursor (NTT).
Menurut Koordinator Komunitas Sejuk Kalbar Dian Lestari komunitas tersebut dibentuk menyusul kesepakatan di antara para peserta "workshop" yang diadakan kerja sama Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (Sejuk), Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Pontianak, selama dua hari terakhir.
Dalam dua hari, Sabtu dan Minggu (22--23/2), ke-25 jurnalis mendapatkan materi mengenai nilai-nilai keberagaman yang disampaikan instruktur dan wartawan senior, yakni Deputi Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kansong, Wakil Direktur Eksekutif Human Right Working Group (HRWG) Chairul Anam, wartawan senior Kompas Maria Hartiningsih, dan ahli komunikasi Ade Armando.
Kemudian, para jurnalis itu membuat kesepakatan bersama, membentuk Komunitas Sejuk Kalbar dengan tujuan untuk menyuarakan nilai-nilai keberagaman melalui media.
Namun, menurut Dian Lestari ke depan keanggotaan tidak hanya dari kalangan jurnalis, tetapi juga melibatkan para seniman, karena untuk menyuarakan keberagaman, dianggap akan lebih efektif jika melalui produk tari, puisi, musik, dan sebagainya.
"Karena menyuarakan nilai keberagaman itu juga tidak sekadar tugas jurnalis," kata dia.
Sementara itu, Ketua AJI Kota Pontianak Heriyanto Sagiya menambahkan bahwa menyuarakan nilai keberagaman di tengah masyarakat bukanlah tugas ringan.
Oleh karena itu, kata dia, kehadiran Komunitas Sejuk Kalbar menjadi penting, terutama jika nantinya bila ada suatu peristiwa yang jauh-jauh hari terbaca berpeluang menjadi konflik.
"Kita tahu Kalbar memiliki sejarah konflik yang cukup panjang. Ini menjadi catatan bagi kita bahwa situasi ini bisa saja terjadi pada masa depan. Oleh karena itu, butuh upaya untuk melakukan pencegahan," katanya.
Jurnalis, menurut dia lagi, mempunyai peran penting dalam upaya ini pencegahan konflik. Jurnalis harus mampu menyebarkan nilai-nilai keberagaman melalui media massa. Jurnalis harus mampu mendidik publik melalui tulisan-tulisan yang berkualitas.
(D.Dj. Kliwantoro)