Jakarta (Antara Kalbar) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan waktu untuk melakukan evaluasi dalam bencana alam tsunami hanya ada 30 menit.
"Hanya ada 30 menit untuk melakukan evakuasi warga dalam bencana tsunami," Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan, ketika ada peringatan dini tsunami, namun tsunami besar tidak datang, sebagian dari kita sering menyalahkan sistem yang ada.
Bahkan tak jarang banyak yang menyalahkan BMKG, BNPB dan BPBD. Tapi hal itu Tidak mengapa, artinya mereka masih selamat dari tsunami.
Masih ingat tsunami di Flores pada 12 Desember 1992 yang menyebabkan 2.150 orang tewas dan hilang. Begitu juga tsunami di Banyuwangi tahun 1994 ada 238 orang tewas. Di Biak tahun 1996 menyebabkan 60 orang tewas dan 134 orang hilang.
Mega tsunami di Aceh tahun 2004 menyebabkan 283.000 orang tewas dan hilang, dan di Pangandaran tahun 2006 ada 600 orang tewas. Memang Indonesia rawan tsunami.
Untuk diketahui, Ada sekitar lima juta jiwa penduduk tinggal di daerah rawan sedang,tinggi dari tsunami. Antara tahun 1629 hingga 2014 ada 174 tsunami di Indonesia.
Dengan adanya bahaya tsunami itu sehingga waktu yang tersedia (golden time) untuk melakukan evakuasi hanya rata-rata 30 menit setelah gempabumi. Ini jika sumber gempanya lokal berada di sekitar Indonesia.
Tapi jika gempanya jauh, seperti saat tsunami di Sendai Jepang 2011, waktunya bisa sekitar 5 jam. Dengan waktu 30 menit itu, pasti terjadi kepanikan dan Itu berlaku universal. Di Jepang pun masyarakat juga panik, ketika ada peringatan dini tsunami.
Berdasarkan survei saat gempa 8,5 SR dan tsunami di Aceh 11 April 2012, rata-rata 79% masyarakat keluar rumah saat gempa dan 21% tetap berada di rumah. 63% tidak mendengar sirine tsunami.
Lanjutnya, infrastruktur peringatan dini tsunami masih terbatas. Dari 4.500 km panjang pantai yang rawan tsunami hanya ada 38 sirine tsunami dari kebutuhan 1.000 sirine. Shelter evakuasi hanya ada sekitar 50 unit dari kebutuhan 2.500 unit.
"Ini adalah fakta. Tsunami harus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan guna melindungi masyarakat dari ancaman tsunami," tuturnya.
(SDP-71/E.S. Syafei)