Pontianak (Antara Kalbar) - Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis meminta seluruh Pastor, Pendeta dan Keuskupan Agung atau kalangan gereja di Kalbar membantu mensosialisasikan bahaya narkoba kepada semua umat Katolik melalui khotbah yang dilaksanakan setiap pekan.
"Saat ini Indonesia sedang dalam darurat narkoba. Untuk itu diharapkan kepada semua Pastor, Pendeta dan Keuskupan Agung yang ada di Kalbar bisa menyisipkan imbauan untuk menghindari narkoba dan mengaitkannya dengan firman Tuhan, dalam setiap khotbahnya," kata Cornelis saat menyampaikan sambutan pada Pemberkatan Gereja Katedral Santo Yoseph Pontianak, Kamis.
Dia menjelaskan, saat ini provinsi itu telah menjadi jalur untuk peredaran narkoba termasuk jaringan internasional sehingga butuh penanganan serius dari semua pihak terkait.
"Narkoba yang masuk di Kalbar ini kemudian disalurkan oleh pengedar ke seluruh wilayah Indonesia. Masuknya melalui daerah perbatasan, tapi bukan lagi lewat Entikong, melainkan melalui perbatasan lainnya seperti yang ada di Kabupaten Sambas dan Bengkayang," tuturnya.
Dia menjelaskan, narkoba yang masuk di Kalbar melalui jalur perbatasan negara dibawa melewati jalur tikus dan daerah perairan. Hal itu memang sulit untuk dipantau karena di Kalbar banyak daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.
"Yang menyedihkan, di Kalbar dan daerah lainnya juga banyak pejabat pemerintahan dan aparat penegak hukum yang mengkonsumsi bahkan ikut mengedarkan narkoba. Kalau ada tangkapan narkoba oleh aparat terkait, 10 kilogram misalnya, yang dua kilogram dimusnahkan dan 8 kilogram kembali diedarkan dan ini yang mengakibatkan peredaran narkoba menjadi sulit untuk diputus," katanya.
Terkait hal itu, lanjutnya, pemerintah pusat telah menetapkan bahwa Indonesia darurat narkoba karena menyebabkan setiap hari 50 orang meninggal.
Hal lainnya yang disampaikan oleh Cornelis, juga meminta kepada Pastor, Pendeta dan Keuskupan Agung yang ada di Kalbar untuk bisa memberikan pencerahan kepada umat Katolik agar tidak terlibat dalam paham ideologi ISIS.
"Dari informasi yang saya dapat, sudah ada orang Pontianak yang bergabung dengan ISIS di Irak. Ini menunjukkan bahwa paham dan ideologi itu sudah masuk ke Kalbar dan perlu diwaspadai," kata Cornelis.
Dia menyebutkan Pemerintah Indonesia telah menyatakan, ISIS bukanlah masalah agama melainkan ideologi atau keyakinan yang dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila. Terkait hal tersebut, pemerintah dan negara Indonesia menolak dan tidak mengizinkan faham ISIS berkembang di Indonesia.
"Karena tidak sesuai dengan ideologi negara Pancasila, negara kesatuan RI dan Kebhinnekaan kita di dalam negara kesatuan RI, makanya itu mesti dicegah" katanya.
(KR-RDO/N005)