Sungai Raya (Antara Kalbar) - Ketua Forum Orangutan Indonesia (FOI), Heri Joko Susilo mengatakan sampai saat ini pihaknya masih terus melakukan sensus untuk mengetahui jumlah orangutan yang masih tersisa di Kalimantan.
"Sampai saat ini, kita masih terus melakukan sensus terhadap orangutan yang menjadi bagian dari konservasi orangutan tahap pertama pada kurun waktu 2007. Sensus ini masih berjalan dan akan berakhir pada 2017 mendatang," kata Heri di Pontianak, Senin.
Dia menjelaskan, berdasarkan hasil sementara sensus yang menggunakan metode penghitungan sarang itu nantinya akan disampaikan pada Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) yang direncanakan Agustus 2015.
Meski belum mendapatkan data yang jelas terkait populasi orangutan, pihaknya memperkirakan jumlah populasi orangutan di pulau Kalimantan mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya keberadaan hutan sebagai habitat orangutan, baik dikarenakan konservasi hutan maupun eksplorasi perkebunan sawit.
"Kami tidak memungkiri bahwa saat ini belum memiliki jumlah pasti terkait populasi orangutan tersebut. Dikarenakan, sensus yang kita lakukan masih terus berjalan," tuturnya.
Dijelaskan Heri banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya penurunan jumlah populasi orangutan di pulau Kalimantan. Diantaranya, berkaitan dengan konservasi hutan hingga eksplorasi perkebunan sawit yang sebelumnya merupakan habitat orangutan.
Sementara, berdasarkan PHVA tahun 2004 diketahui jumlah orangutan di pulau Kalimantan termasuk yang tersebar di Sarawak dan Sabah, mencapai hingga 55 ribu individu.
"Pendataan populasi orangutan melalui sensus yang belum sepenuhnya berjalan maksimal di pulau Kalimantan, juga dilatarbelakangi dengan beberapa faktor. Diantaranya, dukungan dana, keberadaan SDM hingga waktu yang difokuskan bagi penyelenggaraan sensus yang akan berakhir 2017 mendatang itu," katanya.
Menurut Heri, jika konservasi orangutan pertama yang akan berakhir tahun 2017 itu dinilai berhasil, maka akan dilanjutkan dengan konservasi bagi tahap kedua.
"Sedangkan, pada tahapan ini seluruh pihak diharapkan memiliki komitmen kuat untuk bersama-sama menjaga eksistensi orangutan di tengah-tengah lajunya arus modernisasi yang tidak dipungkiri justru menghilangkan hutan sebagai habitat asli hewan khas pulau Kalimantan dan Sumatera itu," kata Heri.
(KR-RDO/N005)