Jakarta (Antara Kalbar) - Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Ali Ghufron Mukti mengatakan kemampuan menulis dalam Bahasa Inggris para dosen di Tanah Air masih lemah.
"Para dosen kita lemah dalam menulis, makanya dalam nota kesepahaman ini juga diadakan pelatihan menulis dalam pengembangan proposal riset," ujar Ghufron dalam seminar bertajuk "Inspiring International Research Excellence" di Jakarta, Senin.
Lemahnya kemampuan menulis para dosen tersebut, lanjut dia, membuat para dosen sulit melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.
Salah satu contohnya, adalah tidak terpenuhinya kuota dari Beasiswa Untuk Dosen Indonesia (BUDI) Luar Negeri yang pada tahun ini memiliki kuota 300 beasiswa.
"Jumlah dosen yang mendapatkan beasiswa BUDI LN baru 167 dosen. Untuk itu, kami buka kembali untuk 130 dosen." Dia berharap melalui kegiatan yang bekerja sama dengan Australian Technology Network (ATN) tersebut, kemampuan para dosen dalam menulis semakin meningkat.
Dalam kegiatan tersebut, juga dibahas penulisan riset di dua bidang yaitu Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM) dan Humanities, Arts, dan Social Science (HASS).
"Kami juga melakukan kerja sama riset, yang diharapkan hasilnya bisa menjadi jurnal internasional." Ghufron menyampaikan bahwa kegiatan tersebut akan membawa dampak positif kepada pengembangan kualifikasi dan kompetensi para dosen dan tenaga kependidikan.
"Seminar ini merupakan bentuk dan upaya pemerintah untuk menyediakan dan mempermudah dosen dalam mempermudah dosen dalam memperbaharui wawasan keilmuannya, sekaligus mempertemukan mereka yang memiliki potensi untuk melanjutkan jenjang pendidikannya, utamanya S3, yang memiliki tujuan pendidikan ke Australia, " jelas Ghufron.
ATN sendiri merupakan konsorsium lima perguruan tinggi di Australia yaitu Quensland University of Technology, University Technology Sydney, RMIT University, University of South Australia, dan Curtin University.
Manajer ATN untuk Indonesia, Josephine Ratna, menjelaskan para dosen lemah dalam kemampuan menulis akibatnya banyak yang tidak lolos dalam aplikasi.
"Jangankan untuk penulisan riset, sekedar untuk penulisan lamaran pendidikan untuk masuk perguruan tinggi saja banyak yang tidak menulis," kata Ratna.
Ratna mengharapkan kemampuan menulis para dosen semakin membaik melalui seminar tersebut.