Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin mengatakan sejarah perjuangan pahlawan perempuan kurang tampil dalam narasi besar tokoh kepahlawanan nasional.
"Hal ini tidak terlepas dari perspektif dan metode penulisan sejarah yang masih menggunakan pendekatan maskulin, yang antara lain identik dengan penempatan tokoh laki-laki lebih utama daripada tokoh perempuan," kata Mariana Amiruddin dalam webinar Peringatan Hari Pahlawan Nasional 2022 "Merayakan Perempuan Nusantara, Pahlawan Kita", Jakarta, Kamis.
Baca juga: Kartini "zaman now" perempuan pejuang yang modern
Menurut Mariana Amiruddin, hingga 2022, dalam situs Sekretariat Negara, ada 185 laki-laki dan hanya 15 perempuan yang telah diangkat sebagai pahlawan nasional.
"Publik minim sekali mengenali dan mengetahui tokoh dan kiprah pahlawan perempuan, bahkan pahlawan perempuan yang memiliki jejak juang sebelum kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan masih minim dikenal dan dipublikasikan, termasuk dalam literatur sejarah dan bahan ajar di sekolah-sekolah," katanya.
Padahal, keragaman geografis dan kekayaan budaya Nusantara, menurut Mariana, menyimpan banyak sejarah lokal yang memuat kisah perjuangan tokoh-tokoh perempuan.
"Para tokoh ini lintas generasi dan lintas sektor dengan kekuatan kearifan lokal masing-masing," kata dia.
Baca juga: Perempuan harus menjadi pejuang kesetaraan gender
Untuk itu, Komnas Perempuan mendorong penulisan sejarah nasional maupun regional mengenai peran signifikan para tokoh perempuan selaku perempuan nusantara.
Selain itu, juga mendorong pengenalan tokoh-tokoh pahlawan perempuan dari berbagai daerah berikut kiprahnya dan mendorong penulisan sejarah yang lebih inklusif serta dukungan bagi kepemimpinan perempuan di masa kini dan mendatang.
Baca juga: Empat Pejuang Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional