Kupang (ANTARA) -
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat jumlah gempa vulkanik Gunung Api Ile Lewotolok di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami peningkatan signifikan pada periode pengamatan 1-7 Mei 2024.
"Secara umum jumlah gempa menunjukkan penurunan, kecuali gempa-gempa Vulkanik Dangkal dan Dalam yang meningkat signifikan," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan dalam keterangan resmi yang diterima di Kupang, Kamis.
Pada periode pengamatan 1-7 Mei 2024, Badan Geologi mencatat jumlah gempa Vulkanik Dangkal sebanyak 220 kali dan gempa Vulkanik Dalam sebanyak 153 kali.
Jumlah ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode pengamatan satu minggu sebelumnya yakni 23-30 April 2024.
Pada periode lalu, jumlah gempa Vulkanik Dangkal sebanyak 22 kali, sedangkan gempa Vulkanik Dalam sebanyak 90 kali.
Menurut Hendra, gempa Vulkanik Dangkal dan Dalam dengan peningkatan cukup signifikan mengindikasikan adanya peningkatan tekanan atau stres cukup signifikan pada tubuh Gunung IIe Lewotolok. "Berkaitan dengan suplai fluida magmatik dangkal dan dalam," ujarnya.
Selain gempa vulkanik, ia menjelaskan Tremor non Harmonik dan Hybrid juga menunjukkan peningkatan jumlah, serta gempa Hembusan yang masih mendominasi rekaman seismik yang berasosiasi dengan aktivitas magmatik dangkal atau permukaan.
Energi seismik itu cenderung meningkat signifikan bersamaan dengan kenaikan jumlah gempa-gempa Vulkanik Dangkal dan Dalam pada tanggal 3 Mei 2024 hingga saat evaluasi itu dibuat.
"Sampai saat ini erupsi atau letusan eksplosif masih tetap berlangsung dengan jangkauan lontaran lava (pijar) dominan masih di sekitar area kawah, namun dapat juga menjangkau sejauh sekitar 500 meter keluar dari kawah," kata dia menjelaskan.
Dari evaluasi dan analisis itu, Badan Geologi masih mempertahankan tingkat aktivitas Gunung Api Ile Lewotolok pada Level III atau Siaga.
Badan Geologi pun merekomendasikan agar masyarakat di sekitar Gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, dan wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius dua km dari pusat aktivitas gunung.
Selanjutnya masyarakat Desa Lamatokan dan Desa Jontona diimbau agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran, longsoran lava, dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah.
"Masyarakat Desa Jontona dan Desa Todonara agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas dalam wilayah sektoral selatan dan tenggara sejauh 3 km dari pusat aktivitas Gunung Ile Lewotolok," kata Hendra berpesan.