Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mengatakan Polri harus memiliki komitmen dan konsisten untuk memberantas begal, jika tidak, penghargaan yang diberikan Kapolri kepada casis Bintara Polri korban begal hanya menjadi gimik.
"Tanpa ada komitmen dan konsistensi Polri memberantas begal, penghargaan pada Satrio itu hanya gimik untuk mengalihkan pokok masalah kejahatan jalanan," kata Bambang kepada ANTARA saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.
"Tanpa ada komitmen dan konsistensi Polri memberantas begal, penghargaan pada Satrio itu hanya gimik untuk mengalihkan pokok masalah kejahatan jalanan," kata Bambang kepada ANTARA saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.
Dalam peristiwa Satrio Mukhti (18), calon siswa (casis) Bintara Polri yang menjadi korban begal, dilihat dari dua sudut pandang. Memisahkan antara penghargaan Kapolri kepada korban yang sudah berani melawan begal kontra situasi saat ini dengan maraknya begal.
"Publik tentu senang dengan upaya Kapolri mengapresiasi korban begal tersebut, tetapi akan lebih senang bila lingkungannya aman tanpa ada takut ada begal," katanya.
Menurut dia, perhatian kepada casis bintara korban begal itu yang layak diapresiasi.
Namun, lanjut dia, tidak cukup berhenti dengan penghargaan pada korban saja, lebih dari itu tentunya adalah bagaimana meningkatkan kinerja jajarannya untuk antisipasi pada kejahatan jalanan.
"Tanpa ada peningkatan kinerja dalam menekan maupun mengungkap kejahatan, penghargaan pada korban akan dipersepsi hanya sebagai gimik untuk pencitraan belaka," kata Bambang.
Bambang mengingatkan tetap harus ada komitmen dan konsistensi dari jajaran Polri untuk menekan kejahatan jalanan.
"Jangan sampai penghargaan tersebut mengalihkan perhatian Polri pada substansi masalah yakni maraknya begal," kata Bambang.
Satrio Mukhti (18), calon siswa (casis) Bintara Polri yang menjadi korban begal di Jakarta Barat, diterima masuk sebagai anggota Polri melalui jalur penerimaan untuk disabilitas, atas atensi Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo yang mengapresiasi keberaniannya melawan komplotan begal.
Peristiwa pembegalan itu terjadi pada Sabtu (11/5) di Jalan Arjuna, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Sementara itu, korban pembegalan Satrio menceritakan kronologi kejadian di mana awalnya dirinya hendak berangkat menuju lokasi psikotes Bintara Polri di SMK MI Pesanggrahan, Jakarta Selatan dari rumahnya di Tanjung Duren, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Saat tiba di Jalan Arjuna, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, ia mengaku diikuti oleh tiga orang yang mengendarai satu sepeda motor dan beberapa saat kemudian ia dibegal.
"Kena begal, untuk pelaku ada satu motor tiga orang. Awal tidak melihat dia bawa sajam (senjata tajam), jadi berantem pertama tidak membawa sajam. Sempat berantem satu lawan satu. Terus temennya yang tengah turun langsung ngeluarin sajam (golok)," ungkapnya.
Akibat sabetan senjata tajam tersebut, Satrio terluka di bagian jari tangan dan kakinya. Sementara itu, sepeda motor serta ponsel juga dibawa kabur oleh pelaku.
"Yang diambil pelaku motor saya Aerox warna hitam dan HP saya Oppo A18. Diambil ketika jatuh, yang ngambil yang memegang sajam. Pertama pas dibacok saya enggak merasa tangan saya kena karena saya merasa menangkis pegangannya," lanjut Satrio.
Kini, kasus tersebut sedang ditangani oleh Polsek, Polres dan juga Polda setempat.