Sorong (ANTARA) - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sorong, Provinsi Papua Barat Daya menyebutkan berdasarkan hasil pemetaan kasus HIV/AIDS di Kota Sorong, angka tertinggi orang dengan HIV/AIDS di Distrik Manoi sebesar 30 orang.
Plt Sekretaris KPA Kota Sorong, Jenny Isir, di Sorong, Minggu, menjelaskan total kasus baru HIV/AIDS pada 2024 sebanyak 215 kasus yang tersebar 10 distrik di Ibu Kota Provinsi Papua Barat Daya.
"Dari 10 distrik itu, Distrik Manoi tertinggi berjumlah 30 orang dengan HIV/AIDS," jelasnya.
Sementara urutan kedua terdapat dua distrik yakni Distrik Sorong Timur dan Sorong Utara masing-masing sebanyak 27 orang. Kemudian Distrik Malaimsimsa berjumlah 25 orang, Sorong Kota 18 orang, Klaurung 17 orang, Sorong Barat 13 orang, Maladumes 12 orang, Sorong 11 orang dan Sorong Kepulauan empat orang.
"Ini berdasarkan hasil pemetaan yang kita lakukan guna mempermudah pelayanan," katanya.
Berdasarkan data komulatif kasus HIV/AIDS di Kota Sorong dari 2004 hingga 2024 sebanyak 4.016 orang dengan status positif HIV/AIDS yang terdiri dari stadium HIV pada laki-laki sebanyak 1.210 kasus, stadium HIV pada perempuan berjumlah 1.715 kasus. Kemudian stadium AIDS pada laki-laki 619 kasus, stadium AIDS pada perempuan 469 kasus.
"Sementara yang meninggal terjangkit HIV/AIDS sebanyak 492 orang," bebernya.
Dia menyebutkan, umur yang terkena penyakit HIV/AIDS di Kota Sorong berusia 20-29 tahun, yang didominasi oleh anak-anak usia SMA sebanyak 1.735 orang.
"Penularan HIV/AIDS ini paling banyak melalui hubungan seksual, yakni 3.722 kasus selama periode 2004 hingga 2024, kemudian juga lewat homo seksual dan transfusi darah," bebernya.
Menurutnya, angka kasus HIV/AID di Kota Sorong memang sangat menonjol sehingga diperlukan kerja cepat dengan penerapan metode layanan yang strategis kemudian dibutuhkan peran dan dukungan dari lintas stakeholder supaya kasus ini bisa dikendalikan secara baik dan optimal.
Upaya konkret yang terus lakukan KPA Kota Sorong adalah pengobatan rutin dan penyaluran alat kontrasepsi berupa kondom di lokalisasi dan panti pijat, kemudian sosialisasi dan edukasi kepada orang dengan HIV/AIDS.
"Kalau orang dengan infeksi menular seksual (IMS) melakukan pemeriksaan rutin setiap bulan, kemudian orang dengan HIV/AIDS diperiksa per triwulan," ucapnya.
Dia mengaku bahwa untuk stok obat Antiretroviral (ARV) yang merupakan bagian dari pengobatan HIV/AIDS masih sangat mencukupi untuk menjawab kebutuhan penanganan kasus HIV/AIDS.
"Obat ARV itu tersedia di Rumah Sakit Sele Be Solu, Rumah Sakit Angkatan Laut, dan 10 puskesmas di daerah ini," ujarnya.