Jakarta (Antara Kalbar) - Sebagian kalangan pelaku industri e-commerce memprediksi bahwa berbelanja online melalui ponsel pintar (smartphone) bakal menjadi tren (kecenderungan) pada tahun depan.
"Tren belanja online di 2015 diprediksi lewat mobile. Tujuhpuluh persen orang Indonesia yang pakai awalnya menggunakan handphone tanpa kemampuan Internet akan beralih ke smartphone dan mencoba berbelanja online," ujar SVP Marketing and Business Development Lazada Indonesia, Andry Huzain, di Jakarta, Kamis (11/12).
Lebih lanjut, Andry mencontohkan, dari keseluruhan jumlah transaksi Lazada Indonesia pada awal tahun ini, 20 persen di antaranya terjadi melalui smartphone. Angka ini kemudian meningkat pada bulan ini menjadi 59 persen.
"Lazada sendiri di awal tahun ini hanya transaksi sekitar 20 persen, tapi sekarang, 59 persen transaksi dari mobile. Kalau mau dihitung juga yang menggunakan tablet, bisa mencapai 75 persen," kata dia.
Dia memprediksi, angka ini akan kembali meningkat menjadi 80 persen di tahun 2015. Andry mengatakan, industri e-commerce sendiri di Indonesia akan tumbuh hingga 25 miliar dollar pada 2016 mendatang.
Hal ini, kata dia, direfleksikan melalui hasil riset yang menunjukkan, satu dari dua konsumen di Indonesia yang sudah terekpos dengan informasi melalui Internet akan memiliki kecenderungan untuk mencoba berbelanja online.
"Ini menjadi kesempatan besar bagi para pelaku e-commerce di Indonesia untuk mendewasakan ekosistem e-commerce dengan menghadirkan pengalaman terbaik dalam berbelanja online," kata Andry.
Kemudian, lanjut dia, tingkat kepercayaan, keamanan pembayaran, proses pengiriman dan kualitas barang yang diterima merupakan empat faktor utama bagi para pelaku e-commerce di Indonesia untuk melakukan belanja online.
Selain itu, rekomendasi orang terdekat menjadi salah satu faktor utama bagi konsumen untuk mencoba berbelanja online.
Andry mengatakan, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, di tahun 2015 hingga 2022 mendatang, lebih 50 persen, mereka yang melakukan belanja online ialah kalangan menengah ke atas berusia 24-36 tahun.
"E-commerce dilakukan usia 18-24 tahun, 24-30 tahun, tapi yang akan paling banyak itu 24-36 tahun. Lebih dari 50 persen. Sampai tahun 2022," kata Andry.