Pontianak (Antara Kalbar) - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Provinsi Kalimantan Barat tengah menyiapkan lahan pangan pertanian berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta memperkuat ketahanan pangan.
"Pengamanan lahan pangan pertanian berkelanjutan (LP2B) merupakan masalah mendesak untuk segera dikawal guna menjaga ketahanan pangan nasional. Permasalahannya sekarang yakni data yang ada masih berbeda- beda sehingga sulit mengamankan fungsinya," ujar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalbar, Heronimus Hero di Pontianak, Selasa.
Ia memaparkan dalam pendataan lahan tersebut pihaknya akan mengacu kepada data kelompok tani karena hal tersebut lebih riil di lapangan.
"Di Kalbar sekitar ada 15 ribu kelompok tani. Kita masuk pendataan melalui kelompok tani tersebut dan akan memanfaatkan teknologi yang ada seperti pemberian titik kordinat dan lainnya," paparnya.
Persoalan LP2B di lapangan menurutnya tidak terlepas dari komitmen pemimpin daerah. Padahal dalam pembangunan terutama peruntukan lahan sudah ada di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Soal alih fungsi lahan juga menurutnya perlu menjadi perhatian.
"Peruntukan suatu lahan sebenarnya sudah ada di RTRW, di mana kawasan pertanian, di mana kawasan industri dan lainnya. Namun di lapangan tidak demikian," jelasnya.
Ia menyebutkan LP2B merupakan hal yang penting mengingat pertumbuhan penduduk yang berhubungan dengan pertumbuhan konsumsi saat ini dan ke depan akan terus meningkat. Sehingga jika tidak diamankan maka Indonesia akan kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi.
"Seharusnya setiap daerah sudah tahu berapa kebutuhan pangan seperti beras setiap tahun ditambah cadangannya. Kemudian dengan tahu kebutuhan, siapkanlah lahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan mempertimbangkan produktivitas yang ada maka dapat angka semua," kata dia.
Terkait pertanian berkelanjutan itu sendiri pihaknya juga menyusun sejumlah langkah di antaranya dengan pemberian sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
Baca juga: Peneliti : Pertanian Organik Memiliki Nilai Tambah Tinggi
"Pertanian yang ramah lingkungan dan sebagainya tentu butuh tahapan. Jika langsung melompat dari non organik ke organik butuh edukasi. Kita upayakan itu agar keberlanjutan pertanian terjamin," jelasnya.
Terpenting juga saat ini menurutnya orang terlibat dan cinta terhadap dunia pertanian. Pemuda saat ini dinilainya cenderung tidak mau terjun ke sektor pertanian. Padahal sektor pertanian sangat strategis saat ini dan ke depan.
"Oleh karena itu upaya mulai sosialisasi dan edukasi kita akan gaungkan cinta pertanian. Kita sudah memasukkan surat ke Dinas Pendidikan untuk hal tersebut. Kita mengajak siapapun mulai bertani di manapun termasuk memanfaatkan lahan perkarangan yang ada," kata dia.
(U.KR-DDI/T011)