Pontianak (Antaranews Kalbar) - Dusun Beludu di Desa Nanga Bayan, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, merupakan desa yang terletak dibagian timur Kalbar. Dusun ini berada di wilayah perbatasan RI-Malaysia dimana penduduknya sebagian besar merupakan petani sahang atau lada dan penoreh getah.
Siang itu, Selasa (18/7) sekitar pukul 10.20 WIB, penulis bersama rombongan kunjungan Pangdam XII Tanjungpura, Mayor Jenderal TNI Achmad Supriadi, sempat berkeliling ke rumah-rumah warga Dusun Beludu untuk merasakan suasana yang jauh dari hinggar bingar kota.
Saat langkah kaki memasuki salah satu rumah warga, terlihat suatu pemandangan yang jarang ditemukan di tempat lain. Awalnya seperti tidak percaya, seekor unggas berjalan bebas di tanah. Awalnya dikira seekor ayam namun ternyata merupakan hewan langka yakni anak Burung Enggang Borneo hitam (bucerotidae) dengan bulu kepala putih.
Pemandangan langka itu tentu tidak disia-siakan, dengan mengunakan kamera handphone, kami bersama awak media televisi asal Jakarta berebut mengabadikan. Namun mungkin karena kaget burung Enggang atau Rangkong, dalam bahasa Inggris disebut Hornbill karena paruhnya memiliki tanduk atau cula itu terbang ke atas pohon yang tak jauh dari rumah pemiliknya.
"Icau itu sudah kurang lebih satu tahun kami pelihara," kata Teres, seorang ibu warga Dusun Beludu.
Menurutnya, burung itu saat bayi ditemukan ditanah oleh sang suami di ladang. "Karena kasihan daripada mati kalau dibiarkan, dibawanya dan kami yang memelihara selama ini," ujarnya.
Burung ini oleh masyarakat Dayak termasuk burung yang dikeramatkan.
Burung yang termasuk dalam spesies yang dilindungi ini hampir tidak bisa dilepaskan dari kehidupan suku Dayak. Bagi suku Dayak, burung Enggang menjadi salah satu tanda kedekatan masyarakat Nusantara dengan alam sekitarnya.
Tercatat di dunia, terdapat 57 spesies enggang yang tersebar di Asia dan Afrika, 14 diantaranya ada di Indonesia. Dari 14 spesies tersebut, 3 di antaranya termasuk spesies endemik yang tidak terdapat di negara lain.
Dari berbagai spesies yang ada, enggang gading adalah yang terbesar dan menjadi target para pemburu liar karena paruhnya amat mahal.
Menurut Teres, Icau memang pada awalnya sempat dimasukkan sangkar dengan diberi makan nasi dan buah-buahan.
"Awalnya kami sangkar karena takut makan kucing, tapi setelah padai terbang kami lepaskan bebas bermain kadang terbang ke rumah tetangga, tidak menganggu justru warga disini senang melihat Icau," katanya.
Teles yang sehari-harinya bertani ini mengatakan selain jadi teman bermain anak perempuannya, Icau burung Enggang miliknya juga sangat manja dengan suaminya.
"Dia (Icau) sudah jinak kalaupun terbang jauh ke atas bukit kalau dipanggil suami saya pasti burung itu kembali," katanya.
Sedang asyik kami ngobrol, Icau yang seolah-olah tahu dirinya dibicarakan hinggap pas di depan rumah. Icau si Enggang Paruh Putih dapat jelas terlihat dengan paruh putih.
Kemudian terlihat sudah memiliki gading putih kecil, berbulu putih di kepala dengan seluruh bulu badan berwarna hitam dan ekor putih. Icau terlihat saat itu diperkirakan memiliki lebar badan 15 cm dengan berat 0,5 kg.
Baca juga: Kalbar Jadi Pusat Konservasi Burung Enggang
Bertemu Icau di Dusun Beludu
Senin, 1 Oktober 2018 11:09 WIB